11

481 68 13
                                    

"CIUM gue di sini," bisikku dengan suara serak. Membawa kepala Jeno menunduk, mengarahkannya ke dadaku. Wajahku benar-benar panas sekarang, pandanganku nanar menatap kulkas, sementara dua tungkaiku yang menggantung ke bawah—aku sedang duduk di atas meja bar mini di dapurku—mulai seperti mati rasa. Kugigit bibir bawahku pelan saat merasakan lidah Jeno bermain-main dengan satu dadaku. Sialan, aku benar-benar ingin. "gue pengin nyium lo..." rengekku padanya. Menarik rambut Jeno agak keras untuk mendapat perhatiannya.

"Apa?"

Aku tersentak.

Sial, apa aku sedang melamun kotor?

Kupukul kepalaku pelan sambil menggerutu, kemudian menemukan tumpukan piring dan teflon kotor di wastafel. Dengan sedikit menggeser pandangan, aku juga bisa menemukan dua cangkir coklat hangat yang uapnya masih mengepul.

"Lo bilang apa tadi?" suara Jeno semakin jelas.

Kudongakkan kepala lantas berpaling menghadapnya. Satu senyuman kuberikan seraya mengambil mug berisi coklat panas dari atas meja. "Gue nanya, elo mau pakai toping apa."

"Nggak usah," katanya, mengambil satu coklat panas dariku dan perasaan tersengat itu hadir lagi.

Astaga! Ini sebenarnya ada apa ya? Aku benar-benar heran dengan diriku sendiri.

Tidak ingin Jeno mengetahui kalau aku sedang terintimidasi—sampai melamun kotor—aku berusaha mengambil alih kembali pikiranku (aku masih yakin kalau aku seperti ini karena sudah lama tidak di grepe-grepe saja) dan melangkah mengikutinya menuju ruang televisi.

Setelah membuatkan Jeno makanan singkat yang bahannya tak kurang dari dua, aku menawarkan segelas cokelat hangat padanya. Sepertinya malam ini kami akan menghabiskan waktu berdua dengan menonton netflix.

"Lo suka ini?" tanyaku, menunjukan satu judul film yang mungkin bisa kami tonton.

"Gue kurang suka romance. Gimana kalau horror?" kata Jeno.

Kutatap Jeno sambil menyipitkan mata. "Mau modus kah?"

"Apa?"

"Nonton horor biar bisa dipeluk-peluk?" kataku sambil lalu. Kemudian mulai mencari genre film horor. "Tapi maaf banget nih, gue emang takut zombie, tapi nggak takut hantu."

"Lo emang selalu percaya diri ya?"

Kutatap Jeno dengan percaya diri. "Well, gue Siyeon."

Kukira ia akan mendengus atau berkomentar kasar, alih-alih ia hanya mengangguk setuju. "Ya, benar."

Dia jadi penurut dan tidak mudah berkata kasar setelah makan masakanku. Hmm...

"Kok lo bisa masak?" suara Jeno mengalun. Aku melirik sekilas, ia sedang menyesap coklat hangatnya sambil bersandar pada sofa. Kedua matanya menatap lurus pada layar televisi yang belum memutar apapun. "Maksud gue—ya, gue nggak pernah nyangka kalau orang kayak lo pinter di dapur. Makanan lo enak."

"Ya sebelum jadi kayak begini gue juga pernah jadi sobat missqueen sih, sempet kerja di kafe juga," Kataku. Aku tidak tahu kenapa aku menceritakan kisah ini pada orang asing—iya, Jeno masih orang asing bagiku—tapi sebelum aku sempat mencernanya, yang kutahu ceritaku itu sudah mengalir. "Gue hidup bukan di keluarga barbie. Bokap ninggalin nyokap, dan nyokap selalu bilang kalau beliau benci punya anak. Nyokap gue marah mulu, tapi tetap melakukan tugasnya yaitu nyekolahin gue. Karena gue pengin punya uang jajan lebih, akhirnya gue kerja paruh waktu. Tante Go yang pertama kali ngajarin gue caranya memasak dengan cinta, menurutnya rasa yang dikeluarkan dari masakan itu akan terasa berbeda jika kita memasak dengan cinta." aku ingat dengan jelas saat bibi itu mengatakan resep rahasia dari makanan enak, aku tersenyum kecil dan kembali melanjutkan, "padahal gue sama sekali nggak tau cinta itu gimana, Tante Go kasih gambaran cinta seperti keluarga, tapi lucunya gue bahkan nggak bisa membayangkan itu. Yah, karena gue nggak pernah mendapatkan itu. Lo pasti bakal heran waktu akhirnya gue bisa bikin "resep rahasia" itu waktu gue merasakan memiliki sosok ibu. Sosok keluarga. Ya meskipun sosok itu harus lebih dulu menghadap ke—Astaga, Jeno, lo kenapa?!" tanyaku cepat saat mendengar suara gelas dan lantai beradu. Cokelat panas itu sudah banjir di lantai, namun yang menjadi fokusku adalah Jeno yang wajahnya sudah seperti mumi!

The Celebrity And Her Perfect Match | Jeno - SiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang