14

483 70 7
                                    

DI LANTAI dua tak kalah mewah dengan lantai bawah. Namun suasana di lantai ini lebih terlihat normal. Tidak banyak perabot yang terpasang—hanya satu lukisan besar. Kemudian piano dan lemari berisi keramik hiasan. Jantungku mulai tak karuan, ini rasanya seperti sedang diajak untuk berkenalan dengan keluarga pasanganmu kalau di drama-drama, tapi jelas aku tidak sedang begitu. Jeno membawaku melewati koridor dan suara-suara mulai terdengar. Oke, semua orang akan terkejut melihatku—

"Hei, Jeno!" sebuah suara familiar terdengar memanggil saat kami berada memasuki 'kerumunan'. Aku otomatis mengikuti arah suara dan mendapati seorang wanita mengenakan dress merah sedang tersenyum dan melambai-lambai ke arah kami.

Itu Chaeyeon. Dan rasa dingin yang tiba-tiba masuk menyelip ke sela-sela jariku saat tangan Jeno yang sejak tadi menggenggam tanganku... terlepas.

--

Kepalaku menunduk, menatap tangan kananku dengan bingung. Ada perasaan aneh sekaligus kesal—tapi aku tidak karena apa—berasal dari dalam diriku, walau tidak beransur lama karena dengan cepat aku mengendalikan diri dan langsung mendongak, mengulas senyum saat Chaeyeon sudah berada dalam jarak pandang. Bersama Renjun—oh ya, aku hampir lupa dia masih satu keluarga dengan Jeno—di sampingnya.

Keduanya nampak terkejut saat menyadari keberadaanku di sini.

"Siyeon? Astaga!" pekik Chaeyeon riang sambil mengulurkan tangannya ke arahku. "Haii!" sapanya kemudian.

Sok akrab. Kutahan diri untuk tidak memutar bola mata.

Aku balas menyunggingkan senyum. Menatap kuku tangannya yang kini sama persis denganku sekilas—ingatkan aku untuk mengganti nails art ini besok. Lantas, kubalas jabatan tangan Chaeyeon dengan kepercayaan diri yang tinggi. "Hai, kita ketemu lagi."

"Kok lo ke sini?" itu suara Renjun.

Dobel yuck!

Chaeyeon nampak bingung memandangnya—memandang Renjun maksudku. Sedangkan aku memilih untuk memutar bola mata alih-alih menjawab pertanyaan anehnya. Memang salah ya aku kemari? Yuck!

"Gue yang ngajakin Siyeon ke sini." Jeno menginformasikan, suaranya berubah dingin dalam pendengaranku. Aku masih kesal ya, ini semua karena Jeno main sembarang melepas genggaman tangannya padaku tadi. Tapi, harga diriku terlalu tinggi hanya untuk mempermasalahkan hal itu. Tiba-tiba suara Jeno kembali terdengar, kali ini dia menatapku seraya berucap dan menunjuk ke arah jam sembilan, "Yuk, Yeon, nenek di sana."

"Gue ke sana dulu ya," Pamitku pada Chaeyeon. Meskipun malas sekali sebenarnya, ew. Sementara aku tetap menolak menatap Renjun. Biarkan saja dia kebingungan dan salah tingkah sendirian. Memangnya urusanku, ha!

Pada tempat yang ditunjuk Jeno tadi. Ada tujuh orang yang berdiri dalam jarak sentuh—termasuk seorang wanita baya dan pria baya yang kutebak adalah kakek dan nenek Jeno. Orang kaya nomor satu di Kimsung!

Aku harus stay cool.

Alamak, apakah nenek Jeno memakai produk limited edition? Serius? Woah! Keren sekali, padahal beliau tinggal menghitung mundur saja...

Seolah menyadari ada langkah yang mendekat, ke tujuh orang itu secara bersamaan spontan menoleh ke arah Jeno dan aku. Dengan raut wajah masing-masing mereka yang sama terkejutnya. Tuhkan, pesonaku ini memang luar biasa.

"Nek, tebak, saya bawa siapa?" ucap Jeno, nada suaranya sudah kembali normal. Satu tangannya merangkul pingulku dan menarikku mendekat kepadanya—perlakuan yang lagi-lagi pasti dia tidak sadar—sementara aku langsung tersenyum saat melihat wanita baya itu menutup kedua mulutnya dengan telapak tangan. Beliau melangkah mendekat, dan aku langsung melangkah maju. Memeluknya.

The Celebrity And Her Perfect Match | Jeno - SiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang