INI GILA!
Kenapa aku harus bingung mau mengenakan pakaian yang mana disaat aku terlihat bagus mengenakan semua baju-baju yang ada di dalam lemariku?
Sadarlah, Siyeon.
Aku mengesah, mengambil duduk di atas ranjang sambil menggigit ujung kuku dengan kedua mata kularikan pada beberapa baju pilihan yang sudah ku gantung diluar lemari. Setelah penandatanganan kontrak dengan Kimsung selesai aku diperbolehkan pulang ke rumah--tetap dalam pengawasan Gun—dan pesan dari Renjun tadi sudah kubalas.
Aku mengiakan ajakannya bertemu bukan karena aku merindukan laki-laki itu, tapi aku hanya bosan. Berhubung hari ini masih panjang, jadi ditraktir di restoran sushi boleh juga. Mari kita habiskan uang Renjun sebelum benar-benar mengakhiri hubungan tidak berguna ini. Lagipula, laki-laki itu punya hutang penjelasan padaku--karena waktu itu pembicaraan kami diinterupsi oleh Jeno. Si Direktur Utama Kimsung group.
Wow, dia pria yang lebih kaya dari Renjun, namun sayang sudah masuk daftar hitamku karena tidak gentleman. Yuck!
"Lo yang ketemuan gue yang degdegan, kak. Kalau sampe orang-orang tau, dah tamat riwayat kita." Suara Gun terdengar, dia membawakan sepatu yang tadi kuminta ambilkan olehnya di ruang khusus sepatu.
Kedua mataku memerhatikan deretan baju pilihanki, lalu berdiri mengambil salah satu terusan dengan kerah sabrina berwarna putih. Kutunjukkan pada Gun, "Gimana?"
"Untuk ketemu sama tunangan orang, kayaknya keseksian sih." komentar Gun.
"Memangnya kenapa?" Aku mengerutkan kening. Heran sekali, yang disini mengajak bertemu kan bukan aku tetapi si laki-laki itu.
"Bisa jadi bahan gosip."
Aku mendengus. "Gue napas aja jadi bahan gosip, Gun."
"Nah!" Gun mengangguk-angguk. "Kalau gitu mending kita nyalon aja daripada ketemu Renjun. Yuk?"
Aku menggeleng. "Nggak, gue mau ketemu dia. Siapa tau dia khilaf terus beliin apartemen."
"Nggak mungkin," desah Gun.
Kurang ajar, bukannya di-aminkan!
Tapi, ya memang tidak mungkin sih, kuraih terusan yang sudah kupilih itu kemudian masuk ke dalam walkin closet. Tak membutuhkan waktu lama aku sudah keluar bersama dengan piyama yang kukenakan sebelumnya. Aku meletakkan piyama itu sembarang ke atas ranjang.
Lalu melangkah ke meja rias.
"Kayaknya gue nggak dibayar buat bersih-bersih apart ini deh," Gun memulai omelannya hari ini. Kutatap Gun lewat cermin rias sekilas. Laki-laki itu sedang menggerutu sambil membereskan piyamaku tadi. Haduh, padahal umurnya jelas lebih muda dariku, tapi sikapnya sudah seperti orangtua saja. Suka sekali menggerutu. "Gue jadi mikir bakal jadi apa ini apart kalau gue nggak ada ya?"
"Ya nggak bakal jadi apa-apa, apalagi bakal berubah jadi penthouse," Kataku sambil memoleskan lipstick. Wow, perfect! "Gue bakal nyewa ART sih yang jelas."
Aku serius, tapi tidak pernah di bolehkan oleh agensiku karena dulu pernah ada kejadian ahjumma yang bekerja di apartemen lamaku suka mengutil pakaian dan tas-tas di lemari kamarku. Sejak saat itu agensi melarangku untuk memekerjakan ahjumma paruh waktu.
"Njir, menor banget!"
Aih, berisik sekali!
Aku berdecak, "Gue emang selalu begini kali. Mendingan lo diem deh dan kita cabut sekarang." Kataku, lantas meraih tas dan melangkah keluar kamar setelah memakai sepatu yang diambilkan oleh Gun tadi.
Senyumku masih terukir saat melangkah keluar apartemenku, namun segera menghilang saat mendapati siapa yang keluar dari dalam lift.
Wow, setelah menghilang tanpa kabar, lalu bertemu sebagai partner bisnis di Kimsung, dan masih di hari yang sama aku akhirnya melihat dia pulang. Maksudku, pulang ke apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Celebrity And Her Perfect Match | Jeno - Siyeon
Fanfictionthe tittle was "Then, I Meet You." DISCLAIMER: Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya meminjam nama tokoh, tempat, dan merek untuk kebutuhan cerita. Cerita milik author, sedangkan Idol milik orang tua dan agensinya.🧡 -------- Hidupnya yang abu...