BAHKAN di antara tatapan penuh gairah Jeno kepadaku, aku masih bisa melihat refleksi diriku yang tergambar melalui mata tajam miliknya.
Rasanya sekujur tubuhku panas, sebuah perasaan asing yang muncul, aku tahu perasaan ini—sebuah perasaan yang timbul setiap kali wanita dan pria bersentuhan. Ini perasaan orang dewasa, dan ini sentuhan orang dewasa. Aku sudah pernah merasakan yang seperti ini, namun dengan Jeno levelnya mendadak naik. Perasaan ingin disentuh lebih dari ini benar-benar menyiksa, ditambah dengan kecupannya di mana-mana. Oh bercanda, kenapa dia tak juga menarik bra-ku dan membawa kecupan basahnya itu pada dua gunung yang sejak tadi ujungnya terasa tegang ini?
Sialan, apa dia mencoba mempermainkanku!?
Kubawa kedua tanganku menangkup wajah Jeno, napasku terengah ulah tangannya yang terus mengusap di manapun yang ingin ia usap—tetap melewatkan dadaku—lalu aku berkata, "Kenapa kamu terus-terusan mengabaikan bagian favorit sih?"
Tangan Jeno yang berada di lenganku bergerak naik seringan bulu, aku bisa meyakin kalau aku langsung menggigil. Lalu, jemari panas Jeno mengusap bibirku pelan. Sialan, aku mulai berpikir siapa saja wanita yang sudah pernah disentuhnya begini. Aku tidak rela!
"Haruskah?" tanya Jeno dengan suara seraknya.
Kupejamkan mata selama dua detik, lalu kembali menatapnya. "Tergantung," ucapku. Tatapan Jeno semakin berkabut, namun aku tetap masih bisa melihat refleksi diriku disana. "Kamu pengin atau nggak?"
"Rasanya mau meledak," bisiknya dengan suara serak.
Kupegang jemari Jeno yang sejak tadi mengusap bibirku itu, memberikannya kecupan kecil sebelum membawanya turun agar memegang satu dadaku. Don't study me, aku bahkan tahu kalau apa yang kulakukan ini amat sangat murahan. Bagaimana bisa aku duduk di atas pangkuan pria, dan menyuruhnya menyentuhku.
Oh yeah, lo bahkan pernah dicium oleh Renjun dengan panas di dalam ruangannya... gadis batinku mengejek.
Benar, aku memang sudah berbakat menjadi seperti ini sejak dulu kala. Baiklah, lanjutkan saja.
"Then, do it with your favorite way..." bisikku sebelum kembali mencium Jeno.
Desahanku lepas tanpa ampun saat merasakan dengan jemari dan otot yang panas itu, Jeno meremas dadaku. Menciumiku dari bibir hingga turun ke dada. Bermain-main dengan asetku yang sangat membuatku percaya diri ini, mengecupnya, mengulumnya, meremasnya. Aku semakin basah.
Shit.
"Sekarang aja. Nanggung banget ini, Jen." aku memaki diriku sendiri saat suara rengekan muncul di sana. Tapi aku benar-benar sudah tidak tahan lagi, ini harus tuntas kalau tidak aku bisa kepikiran!
"Nggak. Kita mesti nikah dulu, sayang."
Persetan! Kugelengkan kepala. "Oh shit, kita nggak butuh nikah untuk melakukan ini. Itu terlalu lama, i need it right now."
"Aku bakal nyakitin harga diri kamu..." ucapnya mengerang, tapi aku tahu dia juga menginginkan hal yang sama dengan apa yang kuinginkan.
Aku menggigit bibir bawahku, menatapnya. "Kamu bakal nyakitin harga diri aku kalau kau kamu nggak mau ngelakuin ini sampe akhir, baby."
"You sure?"
Aku mengangguk semangat. "Yes."
Lalu, Jeno membawaku menuju ke kamar, masih dengan ciuman kami yang bergairah. Ia membuka habis pakaianku, dan aku membuka habis pakaiannya. Tempat terlarangku yang sudah basah itu terbuka, siap untuk menerima benda asing yang juga sudah siap untuk menusuk mendobrak ke dalam. Dengan satu sentakan sedikit keras serta erangan kami berdua, aku sepenuhnya memberikan keseluruhan diriku kepadanya. Aku miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Celebrity And Her Perfect Match | Jeno - Siyeon
Fanfictionthe tittle was "Then, I Meet You." DISCLAIMER: Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya meminjam nama tokoh, tempat, dan merek untuk kebutuhan cerita. Cerita milik author, sedangkan Idol milik orang tua dan agensinya.🧡 -------- Hidupnya yang abu...