3

503 67 0
                                    

SETELAH mengatakan pada Pak Bos kalau aku membutuhkan apartemen baru dengan alasan kalau apartemen lamaku sudah tidak kondusif lagi, akhirnya hari ini aku pindah juga!

Woohoo! Aku benar-benar tidak sabar menikmati suasana apartemen baruku yang omong-omong karena apartemenku ini eksklusif jadi di setiap lantai hanya terdapat empat kamar dengan dua lorong dengan dua kamar berhadapan di setiap lorongnya. Karena aku artis terkenal tentu saja aku meminta agar privasiku tidak di ganggu. Kubuat catatan khusus tipe apartemen yang ingin kuhuni, lalu Gun dan Pak Bos lah yang bertugas mencarikan apartemen baru untukku.

Well, i can finance myself. Tapi, kalau ada yang berminat membiayaiku ya pasti akan kuterima dengan kancing baju terbuka dan senyuman lebar tentunya. Tsk, padahal sedikit lagi aku akan mendapatkan apartemen dari Renjun, tapi apa boleh buat, pria brengsek itu malah bertunangan dengan orang lain. Dobel yuck!

"Kak, kita sudah sampai." Suara Gun terdengar. Aku yang sejak tadi memilih memejamkan mata dengan dialog di kepala membawa tubuhku menegak duduk di kursi mobil. Kuedarkan pandanganku ke depan, menatap gedung pencakar langit nan tinggi dari balik kacamataku.

Ini adalah apartemen yang dijanjikan Renjun padaku—atas keinginanku yang mendapatkan rekomendasi dari tim marketing apartemen ini—tapi segalanya hanya tinggal wacana. Namin, mengingat karena aku ingin membuktikan pada Renjun bahwa aku bisa membeli apartemen dengan uangku sendiri—meskipun sedikit menguras tabungan—kekesalanku jadi agak berkurang.

Aku mendesah, membuka kacamata hitam yang kupakai dan menatap kearah Gun, "Lo nggak perlu sampe masuk. Di sini aja."

"Yakin nih?"

Aku mengangguk.

"Pertama kali pindah ke apartemen yang lama aja kak Siyeon sampe tiga kali salah lantai." Gun mengingatkan kebodohanku.

Kutatap Gun dengan malas. "Waktu itu gue mabok, sisbro."

"Tapi, ada lagi waktu pas pindah pertama kali."

Oh yeah, dia mulai lagi. Dasar asisten menyebalkan!

"Lo mulai bawel ya gue perhatiin?" kupicingkan mata.

"Bukan gitu, ini permintaan dari Pak bos—"

"Ingetin gue buat ganti asisten." potongku sambil membuka pintu mobil. Kubawa satu kakiku memijak paving diikuti dengan satu kaki lainnya. Setelah membenarkan blazer yang menggantung di pundakku, aku membawa satu tanganku terangkat keatas sambil melambai tanpa menoleh ke belakang.

"Kak Siyeon!" teriakan Gun yang tidak kugubris. Pria bertulang presto itu benar-benar membuatku kesal—walaupun lebih banyak membuatku terhibur dengan tingkah konyolnya—beberapa hari ke belakang. Dia pasti terlalu ditekan oleh agensiku. Eugh.

Ponselku berbunyi bersamaan dengan langkahku tepat masuk ke dalam gedung apartemen yang langsung di sambut oleh sekuriti. Aku tersenyum sopan dan melangkah menuju lift.

Kurogoh ponsel dari dalam tas dan langsung merasa moodku berantakan saat membaca pesannya.

Tukang Peras : Kamu belum transfer uang? Ibu sudah bilang kalau Ibu harus beli tas baru seperti yang dipakai oleh Zid.

Ding!!

Bunyi dentingan dan pintu lift yang terbuka itu mendistraksi kekesalanku, aku lantas memasukkan ponselku kembali ke dalam tas tanpa berniat untuk membalas pesan ibuku dan melangkah masuk ke dalam lift.

***

1101 atau 1102?

Kutatap kedua pintu di depanku secara bergantian. Aku sejak kemarin sibuk mengingat lantai apartemen dan lorong mana sampai lupa kalau di apartemen juga memiliki nomor kamar. Mengingat angka sangat merepotkan!

The Celebrity And Her Perfect Match | Jeno - SiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang