39

638 69 1
                                    

            KUBUKA tutup botol minuman yogurtku dengan cepat, kemudian meminumnya hingga setengah. Aku benar-benar pusing karena tidak buang angin sejak semalam—ini sudah jam 3 sore di hari berikutnya—dan perutku rasanya sungguh tidak enak.

"Siyeon, siap-siap untuk ambil take selanjutnya ya," ucap salah satu kru kepadaku.

"Oke." balasku.

Aduh, rasanya aku ingin cepat-cepat menyelesaikan syuting ini. Ini berlebihan, tapi aku harus menuntaskan ini. Beban pikiranku sudah banyak ya, jadi tidak perlu ditambah lagi dengan memikirkan kapan aku bisa kentut. Sungguh tidak elegan, kan tidak lucu kalau aku masuk berita karena tidak buang angin. Bisa-bisa aku ditertawakan seluruh penjuru dunia lagi. Oh no!

"Kak Siyeon, nggak apa-apa?"

Aku melirik sebal. "Memangnya ada orang yang nggak kentut-kentut baik-baik aja? Perut gue rasanya nggak enak banget, tahu!"

Mana sudah lama sekali juga tidak berciuman. Aku sangat merindukan ciuman Jeno. Uh, kesal!

"Pastinya nggak sih..." Gun menunduk.

"Siyeon, Jaemin, stand by!"

Aku menghela napas, memberikan botol minumanku kepada Gun dan langsung bergegas ke set. Aku harus menahannya, ini adalah scene terakhir untuk hari ini. Semangat Siyeon, semangat. Setidaknya kalau mau pingsan jangan di depan banyak orang seperti ini, kan malu rasanya!

Langkahku semakin kuperlambat saat tiba-tiba perutku melilit seperti tertusuk-tusuk, kupegang perutku dengan sedikit merintih. Dan kepalaku mendadak berkunang-kunang, aku merasakan pandanganku menggelap dan tubuhku limbung ke belakang bersamaan dengan suara terakhir yang kudengar memanggilku—serta sesuatu yang menyanggaku dari belakang hingga tak kurasakan dinginnya lantai...

"Siyeon!"

***

"Mbak Siyeon harus beristirahat selama beberapa hari disini."

"Tapi, nggak begitu parah kan?"

"Nggak kok. Hanya efek asam lambung saja."

"Apa Siyeon tidak makan dengan benar?"

"Kak Siyeon selalu bilang udah makan tiap saya tawarin ingin dibelikan makan apa..."

Kudengar embusan napas.

"Baiklah, terima kasih, dokter."

"Ya. Saya akan periksa lagi dalam beberapa jam ke depan."

"Siap."

Kudengar suara pintu geser ditarik, dan ditutup.

Suasana kembali hening.

Aku tahu tadi yang terlibat pembicaraan adalah Jeno, Gun, dan seorang dokter. Bau rumah sakit yang khas juga sudah bisa kucium sekarang. Jelas sekali aku berakhir kini di rumah sakit. Bisa-bisanya...

Tapi itu tidak penting sekarang. Yang paling penting adalah... Jeno disini! OMG!

Dia ternyata masih memerdulikanku? Dia pasti panik mendengar calon pengantinnya pingsan saat sedang bekerja keras. Huh, makanya aku jangan dicueki dong. Aku kan suka lemah kalau dicueki laki-laki.

Haruskah kubuka mata sekarang?

"Siyeon tadi pingsan di lokasi?" tanya Jeno. Aku bisa merasakan langkahnya mendekat ke arah brankar tempatku tidur, lalu merasakan telapak tangannya yang berada di keningku. Hangatnya... aku rindu sekali telapak tangan itu mengusap puncak kepalaku.

The Celebrity And Her Perfect Match | Jeno - SiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang