Keesokan paginya Sana sudah duduk dimeja makan sambil memakan sarapannya. Tak lama setelah itu datanglah Dahyun dengan menggunakan turtle neck, ya Sana tau kenapa Dahyun menggunakan pakaian seperti itu.
"Good Morning" Sapa Dahyun
"Kau sepertinya senang sekali? Makanya kamu menyapaku, iyakan?" Sinis Sana
Dahyun hanya mengernyitkan dahinya heran akan sikap Sana yang tiba-tiba sinis "Yeah, I'm very happy right now" Ujarnya
"Where is your boyfriend?" Tanya Sana
Dahyun yang sedang memakan sandwichnya langsung tersedak dan segera meminum segelas susu. Sana yang melihat itu hanya memutar matanya malas.
"Hanbin? Dirumahnya lah" Gugup Dahyun
"Oh ya? Lalu kemarin yang mendesah bersamamu siapa?" Tanya Sana sinis
Okay Dahyun skak mat, ia tidak bisa mengelak lagi bahkan wajahnya sudah memerah malu. Dahyunpun menutupi wajahnya dengan rambut ungunya itu, ya itu kebiasaan Dahyun jika sedang malu.
"Ayolah jangan bahas itu, lagipula ini America Sana, bermain sebelum menikah sudah menjadi hal yang wajar" Ujar Dahyun
Sana yang mendengarnya langsung mengeraskan rahangnya. Sana sangat kesal pada Dahyun, apa dia tidak sadar jika dia menyakiti hati Sana?
"Dahyun, ucapanku yang mengatakan aku mencintaimu itu sunguhan bukan bercandaan saja" Ujar Sana
"Lalu? Aku sudah cinta dengan Hanbin, Sana" Jawab Dahyun
"Kamu mau aku menyerah?" Tanya Sana yang dijawaban anggukan kepala oleh Dahyun
"Maka dari itu kamu sengaja melakukanya didepanku? Sengajakah kamu agar hatiku terasa sangat sakit hingga rasanya akum au membencimu" Tanya Sana yang dijawab anggukan kepala Dahyun walaupun kali ini terlihat ragu-ragu.
"Sana.... Cukup mari berteman saja, kita bisa bersama kok sebagai teman, sebagai sahabat, tidak lebih" Ujar Dahyun
"Apa memang sudah tidak ada ruang untuk diriku dihatimu?" Tanya Sana lirih
"Maaf... jawabannya tidak ada" Ujar Dahyun
Percakapan itu berakhir begitu saja, mereka berdua terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Dahyun sebenarnya tidak tega melakukan ini pada Sana, tapi Dahyun rasa ini satu-satunya cara agar Sana menjauhinya, bahkan akan lebih baik jika dia membenci dirinya
Selama dikampuspun mereka hanya berdiam saja, Hanbin yang menyadari perang dingin antara kekasihnya dan Sana berusaha untuk mencairkan suasana dengan candaanya yang receh.
Dahyun menghargainya dengan memberikan senyuman sedangkan Sana malah semakin menatap sinis mereka.
"Honey, kamu taukan bulan depan kita akan ke Seoul?" Tanya Hanbin
"Ya, kenapa?" Tanya Dahyun balik
"Tidak apa-apa hanya bertanya saja"
"Kalian akan ke Seoul berdua saja? Tanpa diriku huh?" Tanya Sana sinis
"Kamu juga ikut San" Jengah Dahyun
"Oh baguslah, setidaknya aku masih bisa menggangu kalian" Ujar Sana
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice [√]
Lãng mạnSana dan Dahyun bersahabat dari kecil. Tapi kesialan menimpa Sana, Sana harus menerima bahwa dirinya dinyatakan Leukimia. Sana bersyukur dengan adanya Dahyun ia bisa melupakan penyakitnya itu. Mereka berdua selalu bersama, mereka sudah merasa nyaman...