Entahlah ada apa dengan Sana, hari ini dia seakan-akan memprioritaskan Dahyun, bahkan ia menolak ajakan Mark yang mengajaknya untuk makan bersama dikantin.
Ia bahkan menarik paksa Dahyun untuk makan bersama dirooftop, hanya berdua.
Dengan sangat terpaksa Dahyun memberitahukan Hanbin melalui chat bahwa mereka harus menunda pertandingan basketnya yang seharusnya istirahat pertama menjadi istirahat kedua.
Sana terus saja mengajak Dahyun berbicara dengan memberikan berbagai pertanyaan, pertanyaan apapun itu bahkan pertanyaan random seperti
"Kenapa kita harus hidup dibumi? Kenapa tidak dimatahari?"
Yang dibalas Dahyun dengan singkat dan dingin
"Kita akan mati kepanasan".
Sana tidak mau menyerah, dia harus terus membangun topik agar Dahyun mau berbicara terus dengan dirinya.
Dahyun yang jengahpun langsung menutup kasar kotak makannya yang memang tidak berisi lagi, ia berdiri bersiap meninggalkan Sana.
Sana yang melihat itu langsung panik dan menahan Dahyun agar Dahyun tidak meninggalkannya.
"Dahyunnie, berhentilah bersikap dingin seperti ini padaku, aku minta maaf soal kemarin." Ujar Sana
"Ckk buat apa minta maaf? Bukankah aku yang salah katanya" Kesal Dahyun
"Ayolah Dahyun, jangan marah lagi ya" Bujuk Sana
"Berisik!" Desis Dahyun tajam
Sana sedikit terkejut, baru kali ini Dahyun berkata dengan nada semenyeramkan ini, Sanapun kembali bertanya
"Dahyun... Hanbin bilang kalian tidak akan bertemu selama seminggu kebih, kenapa?"
"Kepo, tidak usah mengurusi hidupuku Sana, kamu hanya sahabatku. Kamu memangnya punya jabatan apa dihidupku sampai ingin sekali tahu semua tentang diriku" Ujar Dahyun membaikkan kata-kata Sana dulu
Ya Sana tidak bodoh, dia tau bahwa apa yang dikatakan Dahyun barusan adalah kata-kata yang Sana ucapkan pada Dahyun saat dirumah sakit.
"Dahyun" Lirih Sana
Dahyun muak, dia muak berada disini menatap cinta pertamanya yang tidak akan pernah bisa ia miliki.
Ijinkan Dahyun untuk membenci Sana, Dahyun tidak ingin bertemu lagi dengan Sana, cinta pertamanya yang membawa luka besar dihatinya.
Tidak Dahyun tidak mau terluka lagi. Dahyun mau keluar, dia mau terbebaskan dari labirin pesona seorang Sana.
Pesona yang membutakannya sampai ia tidak menyadari bahwa sudah ada ribuan duri yang menancap dihatinya.
Dahyunpun turun dan berjalan cepat kearah kelasnya, Dahyun tidak mau menoleh kebelakang sama sekali, ia tidak mau melihat Sana yang mengejarnya.
Cukup! cukup suara Sana saja yang terus memanggilnya. Kapan? Kapan waktu itu akan datang? Dahyun sudah tidak tahan lagi berada disini.
Dahyun memasuki kelas bersamaan dengan bunyinya bel menandakan berakhirnya istirahat pertama.
Dahyun bersyukur, setidaknya dia masih bisa menghindari Sana selama pelajaran berlangsung. Ya walau tidak bisa dipungkiri bahwa gadis Minatozaki itu tidak menyerah untuk mendapat perhatian Dahyun.
Bahkan beberapa kali mereka ditegur karena mengobrol padahal aslinya Sana lah yang mengajak Dahyun mengobrol. Huh menambah masalah saja, pikir Dahyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice [√]
RomanceSana dan Dahyun bersahabat dari kecil. Tapi kesialan menimpa Sana, Sana harus menerima bahwa dirinya dinyatakan Leukimia. Sana bersyukur dengan adanya Dahyun ia bisa melupakan penyakitnya itu. Mereka berdua selalu bersama, mereka sudah merasa nyaman...