Dipagi yang cerah terdengar suara dering ponsel yang terletak dimeja sebelah Kasur.
Seorang gadis yang baru saja membuka matanya langsung menoleh kearah ponselnya. Dengan sedikit rasa malas ia mengambil ponsel yang memunculkan notifikasi call dari seseorang. Iapun memilih untuk menanggapi panggilan itu.
"Halo?"
"Minatozaki.... Cepatlah aku sudah didepan rumahmu"
"Baiklah aku mandi dulu ya Kim"
"Kamu baru bangu-"
Dengan kesal, iapun menutup panggilan itu dan buru-buru memasuki kamar mandinya.
Setengah jam berlalu. Sana sudah siap dengan seragamnya, iapun pergi ke meja makan untuk sarapan. Disana ia sudah disambut oleh kedua orangtuanya dan pastinya satu makhluk lagi yang tadi sempat menelponnya, dia adalah Kim Dahyun. Sahabat Sana dari kecil, keluarga mereka juga sudah dekat dari dulu jadi tidak heran jika Sana dan Dahyun bisa sangat dekat.
"Ayo kita sarapan, Dahyun sudah menunggumu daritadi" Ujar Mrs.Minatozaki
"Ndee eomma" Ujar Sana
Setelah menghabiskan waktu untuk sarapan, mereka berduapun pamit untuk berangkat kesekolah, dengan Dahyun yang mengendarai sepeda sedangkan Sana hanya bertugas untuk duduk dibelakang dengan tangan yang melingkari pinggang Dahyun.
Sebelum kalian salah paham, mari saya beritahu. Mereka berdua bukanlah orang kekurangan hingga harus naik sepeda untuk berangkat kesekolah mereka, justru mereka sangatlah kaya raya hanya saja Dahyun memaksa untuk pergi kesekolah dengan menggunakan sepeda agar mereka bisa menikmati pemandangan sekitar.
"Sana, kamu sudah membawa obatmu?" Tanya Dahyun dengan masih mengayuh sepeda
Sana yang mendengar pertanyaan Dahyun langsung panik dan mengecek kantong seragam dan tasnya namun nihil, ia tidak menemukan obatnya
"Ehm... Dahyun maaf aku lupa membawanya..... tapi gapapa kok kita tetap kesekolah saja lagian kita juga sudah didekat sekolah" Ujar Sana
"Memang siapa yang menawarimu untuk balik lagi kerumah? Aku sih ogah, capek tau ngayuh sepeda" Ujar Dahyun
Sana yang mendengar itu hanya mendengus kesal, kenapa ia mau berteman dengan Dahyun? Dia itu ga peka, bahkan dia tak peduli pada Sana sekarang. Entahlah Sana merasa kesal jika Dahyun bersikap cuek seperti ini.
Oh ya membicarakan soal obat, ya Sana mengidap suatu penyakit. Ia mengidap Leukimia, kata dokter umur Sana tidak akan melewati umur remaja, kedua orangtuanya juga sudah harus bersiap jika tiba-tiba mereka akan kehilangan Sana.
Dulu Sana sangat terpuruk saat mengetahui umurnya tidak akan lama tetapi keadiran Dahyun dapat membangkitkan dirinya dari keterpurukkan maka dari itu Sana sangat menyayangi Dahyun entah sebagai sahabat atau saudara.
Waktu terus berlalu, kini Dahyun dan Sana sudah sampai diparkiran khusus sepeda yang berada disekolah. Dahyun langsung turun dari sepeda dan berjalan ke kelas tanpa mengunci pengaman sepeda. Oh ayolah Dahyun itu kaya raya, buat apa dia susah-susah berjongkok hanya untuk mengunci pengaman sepedanya?
Saat ini keduanya sudah sampai dikelas, mereka berdua memang tidak bisa dipisahkan dari kecil mereka selalu satu kelas dan itu pasti karena ulah orangtua mereka, bahkan mereka juga duduk bersebelahan.
Jika dilihat-lihat kelas Sana ini lumayan besar dan terdapat jendela yang mengarah kearah lapangan, ya itu adalah spot duduk Sana dan Dahyun, mereka bisa melihat kearah lapangan jika bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice [√]
RomanceSana dan Dahyun bersahabat dari kecil. Tapi kesialan menimpa Sana, Sana harus menerima bahwa dirinya dinyatakan Leukimia. Sana bersyukur dengan adanya Dahyun ia bisa melupakan penyakitnya itu. Mereka berdua selalu bersama, mereka sudah merasa nyaman...