05. Susu Kotak

364 60 1
                                    

Cowok itu kembali menutup wajahnya dengan selimut. Entah ini panggilan ke berapa ia peduli.

"He bangun.. Udah siang entar telat anjir!" Yena menarik selimut Praja. Membuat cowok itu mendengus kesal tapi masih dengan mata tertutup.

"Bangun gak!" sentak Yena kini mengangkat segelas air disamping nakas Praja.

Cewek itu menendang kaki Praja lalu tangannya bersiap menyiramkan air itu pada cowok berwajah baby face tersebut. Praja langsung terbangun memegang lengan Yena, lalu berjalan sempoyongan menuju kamar mandi di dalam kamarnya.


Kini Yena duduk di meja makan, bersiap ikut sarapan juga di rumah Praja. Karena tadi memang ia sengaja kabur tak sarapan dirumah. Bilangnya sih takut telat, padahal ia sedang menghindari seseorang.

Praja yang keluar dari kamarnya mendecak sebal. Udah bangunin pagi-pagi buta, ikut sarapan pula.

"Ngapain sih berangkat jam segini?" cecarnya menatap Yena tajam. Yang ditatap asik saja menyuapkan nasi uduk ke dalam mulut.

"Biasa juga berangkat jam tujuh kurang," sambungnya kesal, ikut duduk di samping Yena.

"Biarin dong. Yena kan rajin. Ya, Na?" bunda Praja membela Yena. Membuat gadis itu mengangguk setuju, lalu memeletkan lidahnya mengejek Praja.

Cowok itu melengos. "Lu ngapain pagi pagi dah nyamper?" tanya Praja lirih setelah bundanya berlalu ke dapur.

"Gue takut. Entar Yohan jemput beneran gimana?"

Praja ditempatnya mengangguk kecil. "Lo kan demen sama Yohan.. Ya samperin lah,"

Yena ingin menabok kepala Praja, tapi urung. Sadar bunda Praja mungkin tahu anaknya di aniaya pagi-pagi. Jadi gadis itu hanya mengumpat tanpa suara.

"Udah nggak," Kata Yena jadi melirih.

"Sekarang lo baper ke Abim? Ck." Yena melirik kecil, ingin mengelak tapi bener juga.

"Lo tuh kena karma keseringan godain Abim malah lo yang baper. Makan tuh," Yena memundurkan wajahnya, kini menyendokan nasi dan mengarahkan ke dalam mulut.

Yena memanyunkan bibir dengan mulut yang penuh. Kalau beneran Yohan jemput gimana? Terus lihat dia boncengan sama Praja, terus sahabat laknatnya itu nurunin Yena di jalan suruh bareng Yohan gimana?

Praja meraih tasnya. Cowok itu mengusap wajah Yena kasar. Membuat Yena menatapnya garang lalu meraih tasnya bersiap pergi.

Yena meraih kunci yang dilempar Praja. Gadis itu langsung membawa keluar motor Praja dari garasi rumah.

"Buruan naik. Keburu Yohan liat gue anjir." Katanya dengan gusar. Membuat Praja kali ini menurut duduk di boncengan.

Jangan bayangkan seperti cerita Wattpad friendship goals yang cewek selalu diperlakukan bagai putri kerajaan. Ini Syena Marinka, cewek unik yang kadang bikin geleng-geleng kepala.

Praja sering di bonceng begini ketika pulang ataupun berangkat sekolah. Punya sahabat kayak Yena berasa Praja punya kakak cewek, karena Praja itu anak tunggal.

"LU JANGAN MOLOR DI BELAKANG. ENTAR JUNGKEL GUA KAGAK LIAT!" teriak Yena membuat Praja dibelakang iya-iya saja.

Cowok itu tak banyak bicara, sibuk nyemil di belakang. Kalau udah gini tuh Praja berasa dianter sekolah sama mamanya kayak pas jaman SD dulu.

Yena ngerem mendadak, membuat Praja terkantuk helmnya dan mengumpat kesal. Misuh-misuh sembari turun dari boncengan motor.

"Woy.. Sante sante," kata Yena melepas helm. Ia terkikik kecil melihat wajah Praja belepotan roti. Persis seperti anak SD.


Say Na! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang