Gadis berambut panjang itu melengos. Menghela nafas dengan wajah mengeruh. Kedua tangannya terlihat di depan dada dengan angkuh.
Yuri menatap kakaknya yang masih fokus pada game. Menekan keyboard komputer keras dengan mata kecilnya tak berkedip sedikitpun.
"Bang," panggilnya di sebelah Ujin. "Bang ih!"
Ujin melengos memandang sang adik dengan mata kecilnya yang tajam menusuk. Membuat Yuri termundur dapat tatapan tajam mematikan kakaknya. Gadis itu meneguk ludah dan mengkerut takut.
"Kayak ada jangkrik yang bunyi," Kata Ujin dengan cuek.
Yuri mengepalkan tangan ingin memukul sang kakak yang masih saja bercanda begini. Gadis itu menghela nafas panjang mencoba bersabar.
"Bang Ujin, masalah lo selesaikan dulu sampe selesai ya,"
"Apa sih," balas Ujin dengan nada ketus merasa terganggu. Membuat Yuri yang mencoba bersabar nyatanya malah sewot tak karuan.
"Lo yang apa!" kata Yuri akhirnya ngegas. Sudah lelah dengan drama kakaknya ini. "Apa sih? Katanya lo udah berusaha biasa aja, kenapa sekarang balik lagi ha?"
Ujin mendengus. Tak menoleh sedikit pun. Membiarkan adiknya yang terus meracau kesal di belakangnya.
"Lo tuh ngerasa gue ada gak sih Bang," Yuri masih menahan diri. Berbicara tegas penuh penekanan meski dengan suara seraknya yang rendah. "Bang,"
Ujin menghela nafas panjang. Meninggalkan gamenya begitu saja. Kini memutar kursi berhadapan langsung dengan adiknya. Yang ia tahu sebenarnya Yuri tak tahan untuk tidak meledak.
"Ini urusan gue, lo sama Praja tinggal diem aja," Katanya dengan tegas. "Ini masalah gue, biarin gue bisa move on dari dia dengan cara gue sendiri,"
"Tanpa perlu dia tau,"
Yuri menatapnya nanar. Dengan nafas naik turun dan mata berkaca-kaca. Gadis itu beranjak segera keluar menuju kamarnya di seberang.
Ujin menghela nafas panjang. Melempar hapenya dan mengacak rambut belakangnya dengan kasar. Matanya terpejam lelah, serta nafas naik turun yang membuat dadanya terasa semakin sesak.
Bagaimana bisa ia mengubur perasaannya sendiri. Ia yang menyukai Yena sejak sekolah dasar, lalu hubungan keduanya terus dekat meski ada Praja yang senantiasa jadi penengah. Hati Ujin bukan giant swing di trans studio.
Cowok bergigi gingsul itu merebahkan diri. Menerawang langit langit kamar. Ujin memejamkan mata rapat. Bahkan menutup wajah dengan bantal.
Kemudian cowok itu meneguk ludah dan menghela nafas panjang.
Dia juga lelah. Dia juga tersakiti, malah lebih dari siapapun. Semuanya ia lakukan untuk menjaga sebuah tali yang dinamakan persahabatan.
**Sayna!**
Yeri : He raksasa ais
Yeri : kali ini gue mau marah aja sama lo
Yeri : kapan lo peka sih bim? Apa kurangnya yena didalam hatimu hingga kau curangi diaaa
Yeri : jadi kangen yuvin deh
Abim : apasih yer?
Yeri : tau gak bim gue gemes sama lo?
Yeri : Lo gak mau gitu dengerin Yena ngomong? Setidaknya yena pernah berjuang.... Aih sedep
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Na! ✓
Teen Fiction[R13+] #TechnoUniverse Jika William Abimanyu adalah es beku kantin, maka Syena Marinka adalah kompor gas milik penjaga kantin. Pembawaan Abim yang selalu kalem dan dingin dipadukan dengan Yena yang meledak ledak. Terkadang dunia memang lucu, Yena...