24. Seperti Sebelumnya

174 39 0
                                    

Gadis itu merapat menyandarkan tubuh pada Yena disampingnya yang masih terdiam hingga kini. Sudah beberapa jam sejak Yena kembali dari Kafetaria bersama Yohan.

Situasi yang langsung menghebohkan penjuru kelas dan disaksikan langsung oleh Abim. Cowok jangkung itu hanya menatap datar tanpa menunggu Yena mengucapkan alasannya.

Yena semakin tersudut ketika cowok itu terus berlalu tanpa menoleh sedikit pun. Apalagi ditambah Dino dan Jeje yang jadi kompor.

Kan Yena mau mengungkapkan kebenaran.

Yena juga masih gamang. Diantara dua orang itu, siapa yang memendam rasa padanya. Rasanya aneh, karena keduanya memang tak pernah menunjukkan tanda bahwa mereka menyukainya.

Tapi ada beberapa hal lain. Seperti Praja yang tak pernah rela Yena bersama orang lain, bahkan pada Abim sekalipun. Lalu, Ujin yang selalu menjaganya.


Yena semakin menunduk lesu mengingat dua sahabat baiknya. Ia tak mau susah senangnya terlupakan karena sebuah masalah hati.

"Na," senggol Yeri pelan.


Gadis itu hanya meringis kecil mengibaskan tangan. Ketika Yena menoleh dengan tatapan datar yang menyiratkan gadis itu tak mau diganggu.

Yeri mendesah pelan. Entah kenapa firasatnya jadi tak enak begini.

"Lo lagi kenapa sih Na?" tanyanya lebih pelan tak menyinggung atau menyudutkan.


Gadis mungil itu mengulum bibir. Berdehem kecil terlalu kepo, tapi juga khawatir karena sejak tadi Yena terus diam. "Kalo lo percaya sama gue, kasih tau, gue bisa bantu lo apa aja,"

Meski punya gaya bicara nyablak dan tanpa filter, kali ini Yeri mencoba menahan untuk tidak mengumpati gadis ini. Walau jarang terjadi, jika mengamuk Yena lebih mirip hasil persilangan ular dan macan.

Tak mendapat jawaban lagi dari Yena membuat Yeri kembali menelan umpatannya yang siap lolos. Kemudian jadi menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan.

"Katanya udah selesai sama Yohan, kenapa lo sekarang malah lembek gini?"

Yeri kembali meringis. Kemudian memajukan bibir bawah dan mencibir.

Mungkin hanya Yeri yang tahu mengenai Yena yang sudah selesai dengan Yohan. Bahkan duo monyet sialan itu tak ada yang tahu mengenai ini. Mungkin.

Gadis itu merasa prihatin sekaligus senang secara bersamaan. Prihatin karena Yena yang masih diam membisu, tapi disatu sisi ia senang karena Yena mau mengungkapkan yang sebenarnya. Percaya pada mulut embernya, pada gaya ceplosnya yang tanpa saring. Yeri merasa dihargai dan terharu.

Yena pernah curhat padanya --meski hanya sekali-- mengenai Yohan. Bagaimana cowok itu selalu ada untuk Yena. Tapi kembali lagi, gadis itu tak pernah merasa ada yang istimewa.

Pernah sih, Yena dibuat baper. Tapi hanya sesaat. Lalu Abim datang dan membuatnya ambyar berkali-kali. Menahan Yena untuk tak kembali pada cowok taekwondo itu.



"Gue liat ini tuh bukan elo," celetuk Yeri dengan mata melirik tajam. "Lo akan selalu mengumbar apapun, lo gak pernah main rahasia, kenapa sekarang seolah lo tuh tertutup banget."

Yena menggeleng kecil dan melirik. "Gak ada apa-apa Yer," Katanya singkat dan datar. Terkesan tak mau menjawab.

"Kalo lo udah selesai kan tinggal lo gas Abim," Yena mendecih. Mengacak poni ratanya dengan bibir merenggut. "Kenapa sekarang kalian terkesan saling menjauh sih,"

"Yer--"

"Na, apa lo ada masalah sama Abim sebelumnya?" sergahnya membuat Yena menggeleng kecil. "Berarti dia emang salah paham lo pergi sama Yohan,"

Say Na! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang