02. Ledakan Pertama

527 74 6
                                    

"Bim.. Bim Bim.. Chota beem Chota beem," Yeri menari-nari kecil di samping tempat duduk Abim. Cowok tinggi itu masih fokus menulis.

Yena di meja depan diam saja. Tak menggoda Abim seperti biasanya. Sejak pagi tadi gadis itu tetap diam bahkan tak melakukan hal jokes lain bersama trionya.

Diam-diam Abim melirik. Apa Yena kesal karena kemarin tak diantar pulang olehnya? Apa karena itu Yena tetap diam hingga kini dan bahkan tak meliriknya sedikitpun.

"Bim salabim Bim bim.." Deya ikut bergabung, kini mengikuti gerakan Zimsalabim pada lagu Red Velvet.

"Apa sih. Berisik bat." sentak Yena mendorong kecil meja di depannya, membuat dua gadis itu menoleh mengernyit tak paham.

"Yeu.. Kalo mau ikut godain Abim ya sini. Jan sok jaim lu," celetuk Deya balas mencibir Yena.

"He kemaren ada yang minta diantar pulang. Anjer!"

Yeri menyindir keras, sampai Deya menjauhkan wajahnya dari gadis mungil itu terusik. Abim yang menjadi target tetap diam, kini mulai membuka aplikasi gamenya.

Tapi diam-diam ia memasang telinga. Ingin tahu juga siapa yang dimaksud gadis mungil itu.

"Siapa siapa?"

"Woy! Lu berisik amat Yer!" Yena mendengus kesal membanting bukunya dengan sewot.

Yeri tersentak. Tak biasanya Yena akan ngegas begini mengenai Abim. Apa efek seorang William Abimanyu sedasyat ini? Hingga Syena Marinka yang biasanya ikut nyeletuk heboh membiarkan dirinya menjadi umpan malah sewot tak karuan.

Deya meneguk salivanya. Kini beringsut duduk ke kursi membuka buku di depannya. Sedangkan Yeri menghela nafas kecil.

"Lo kenapa? Bilang sama gue," Yeri mendekat. Duduk di kursinya yang tepat berada di samping Yena.

Yena mencuatkan bibirnya. Tangannya sibuk menyobek kertas di depannya hingga berubah kecil dan memenuhi meja. Membuat Yeri meringis kecil, hari ini dia piket.

Tapi jika dia ikut sewot, bisa jadi hari ini terjadi pertempuran. Karena sebagai cewek baik-baik, Yeri masih takut dengan Yena yang macho itu.

"Lu ada masalah sama cowok?" tanya Yeri kini lebih hati-hati. Melihat Yena mengangguk membuat Yeri mendengus.

"Siapa? Abim?" tanyanya kini jadi melirik Abim yang fokus dengan hapenya.

Yena menggeleng. "Bukan Abim,"

Yeri mengangkat alisnya. Bukan Abim? Apa kedua cecungut Yena yang kini ribut saling mengumpat di pojok kelas bersama Nika?

"Yohan." pernyataan Yena membuat Yeri melotot dengan mulut tengaga lebar.

"Hah! YOHAN?!" Yena segera membekap mulut Yeri yang tak dapat dikontrol itu. "Emang lu ada hubungan sama dia?" sambung Yeri tersadar jadi memelankan nada bicara.

Yena mendengus kecil. Kini menenggelamkan wajahnya pada tumpukan buku di meja.

"Napa lu gak cerita dari awal?"

"Lu kan toa.." jawab Yena lirih. Yeri yang mendengar itu langsung sewot dengan mata melotot bersiap mencelat keluar dari tempatnya.

"Woy. Lu anggep gue toa tuh si Ujin apaan anjir." sewotnya membuat Yena memundurkan diri menjauh. Hingga Benji yang tertidur mengangkat kepalanya kaget.

"Tapi bener sih," cicitnya lalu mengaku.

"Yeu dasar." Yena menoyor kepala Yeri gemas sendiri.  "Kemaren dia anterin gue balik, "

"Jadi yang anter lu balik si Yohan?" Yena mengangguk pelan. "gue kira tuh Abim, nggak enak deh sama pangeran," Yeri melirik Abim yang fokus pada ponselnya di pojokan kelas.

Say Na! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang