26. Asing

185 37 3
                                    

Yena berlari cepat dari gerbang sekolah ke lapangan futsal di belakang ruang kelas. Ia menoleh kanan kiri, menemukan teman futsal yang lain tengah berkumpul disana.

Gadis dengan kaus biru itu meneguk ludah kasar dan berjalan pelan mendekat dan masuk barisan paling belakang. Tapi gerakannya terhenti ketika pak Seno memanggilnya.

"Yena? Terlambat lagi?" tanya pak Seno membuat Yena mengatupkan bibir dan mengangguk.

Yena menghela nafas panjang. Tadi, jika saja Doni tak memarahinya untuk berangkat ekskul. Pasti dirinya tengah menonton acara komedi di tivi sekarang.

"Setelah pemanasan ada latihan untuk tim inti. Dan tim lain menyesuaikan," kata pak Seno tegas membuat para anggota futsal merapikan diri bersiap untuk pemanasan sore itu.

Yena berkali-kali mencuri pandang pada Abim yang berdiri paling depan bersama Januar di sampingnya. Kemudian gadis itu menoleh ke kiri, dimana Ujin yang tengah serius mengangkat satu kaki kanan di depan tubuhnya.

Ia mendesah. Merasa terasingi karena biasanya Ujin ada di sampingnya, dan Abim setidaknya menoleh seperti biasanya. Ini sungguh sepi, Yena tak suka dengan keadaan begini.

Yena menggerutu setelah selesai pemanasan. Berjalan ke tepi lapangan berkumpul dengan teman-temannya dari futsal putri.

"Lo mau kabur lagi ya Na?" tanya Dira yang menendang bola ke anak tangga tepi lapangan.

"Bukan mau. Tapi udah," kata Yena kemudian merengek kecil menggerakkan kakinya pada paving kotak kotak di bawah kakinya. "Gue mau keluar aja,"

Dira mendelik. "Jangan elah, lo kan Ace," kata Dira menenangkan. Menepuk pelan bahu Yena dengan senyum tipis.

"Es apaan? Es bear?"

Dira tertawa sarkas kemudian diam menatap Yena lurus. Ia menggeleng kecil tak percaya. "Es bear mulu. Temen gue lo putusin?"

Yena balas mendelik. Menoleh kanan kiri ke adik kelas yang berkumpul agak berjarak darinya dan Dira. Sebenarnya, dulu ada juga teman seangkatannya. Tapi mereka lebih memilih ekskul lain dan keluar dari futsal.

"Kapan gue pacaran sama temen lo sih?" kata Yena mendekat dan memelankan nada bicaranya. "Gak pernah ya anjir,"

"Ya udah gak usah ngegas oncom," kata Dira ikut mendekatkan diri. Bahkan menoyor kepala Yena gemas.

"Terus kemaren heboh ada apaan deh?" tanya Dira kepo. Pasalnya, beberapa hari yang lalu Yohan membuat kelas mereka heboh bukan main karena berhasil menggandeng Yena dari arah kantin.

"Lo gandeng Yohan kan kemarin?" tuduh Dira membuat Yena memutar bola matanya malas.

"Ck. Gue tuh narik dia karena berisik," balas Yena dengan decakkan. "Gue seret dari kantin. Anjir cowok berisik bener,"

Dira jadi tertawa. "Yohan emang berisik. Tapi berisikan noh temen lo," gadis itu menunjuk tengah lapangan. Dimana seorang cowok bergigi gingsul tengah berteriak nyaring pada tim utama. "Si Ujin lebih mirip toa pas musim takbiran,"

Yena mengikuti arah pandang Dira dan merenggut. Masih belum bisa memahami lingkaran persahabatannya.

Dimulai dari Ujin yang tiba-tiba menjauh, lalu Praja yang katanya sibuk untuk mengurus drama. Lalu dirinya yang memang sengaja menjauh. Ketiganya jadi renggang tanpa alasan yang pasti. Membuatnya lelah sendiri.

Melihat Ujin yang mengejar bola dan mengoper pada Roki membuat gadis itu menoleh menatap cowok jangkung lain yang tengah menunggu di depan gawang yang dijaga Januar.

Say Na! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang