Gadis itu bangkit dari duduknya ketika bel berbunyi. Mengikat rambutnya asal dengan mulut masih mengunyah kacang bawang. Ia mulai memutar kunci menarik gagang pintu depan.
Yena tersentak memegangi dadanya kaget. Kemudian jadi terbatuk hingga kedua matanya berair.
"Na? Gapapa?" tanya seorang itu membuat Yena menggeleng pelan menjawab.
"Gak pa-- UHUK UHUK,"
Pemuda itu menepuk pelan punggung Yena dengan wajah khawatir. Yena menggeleng pelan berusaha menghindar.
"Udah baik kok gue," Katanya meyakinkan mengangguk pelan. Membuat cowok di depannya ini gemas mengacak poni rata Yena. "Ada apa?"
Ah, ada apa ya? Dia juga bingung.
"Gak boleh main nih?" tanyanya begitu saja. "Lama gue gak kesini,"
Yena menggigit bibir bagian dalamnya jadi tertegun. Sudah sangat lama cowok ini tidak berkunjung. Atau mungkin juga sudah lupa rumah Yena ada di mana.
"Bercanda Na," ucap cowok itu dengan cengiran khasnya. "Katanya pengen ke Minoki?"
Yena tertegun lama. Mengerjap kecil tersadar menoleh dan tersenyum tipis. "Ah, kemarin udah pergi sama temen."
Yohan mengangguk kecil. Menghela nafas panjang membuat Yena kembali menoleh dengan alis terangkat. "Abim?"
Gadis itu melengos pelan meneguk ludah gugup. Ingin menjawab iya, tapi takut cowok ini tersakiti. Jika jawab tidak, kan memang dia tidak ke Minoki dengan Abim. Tapi ke mall dan berakhir di lapangan.
"A-- gak kok," Katanya mengelak dengan gelengan kecil.
"Ya udah, ayo pergi sama gue. Ganti baju sono," Yena mengangguk saja.
Berbalik masuk ke dalam rumah lagi. Membiarkan Yohan duduk di kursi depan rumah.
Ingin menolak tapi dia tidak enak. Mungkin kali ini Yena harus menjelaskan semuanya. Dia harus menemukan titik terang, di mana Yena dan Yohan bisa bahagia.
**SayNa!**
Yena melengos kecil. Baru beberapa menit duduk rasanya sudah tidak betah. Biasanya gadis itu akan menggeret Ujin, Praja, Yuri, bahkan Yeri untuk menemaninya agar tak hanya berdua bersama cowok taekwondo ini.
Yohan membawa pesanan mereka. Jus Mangga dan es amerikano serta chiken pop dan kentang goreng. Cowok itu tersenyum lebar seperti biasa.
"Thanks Yo," kata Yena meraih Jus Mangga dan meminumnya dalam diam. Sebenarnya dia ke Minoki ingin minum bubble tea taro. Tapi cowok ini malah membelikannya Jus Mangga begini.
Yohan mengangguk kecil. Menatap Yena dengan tatapan teduh dan dalam. Kemudian mengalihkan wajah ketika Yena mengangkat wajah merasa diperhatikan.
"Apa kabar Na?"
Yena menahan nafas kaget. Tertegun lalu mengerjap polos, menggigit ujung sedotan dengan mata bergerak kecil berusaha lepas dari pandangan cowok di depannya ini.
"Eum.. Baik, lo gimana?" tanyanya dengan kaku. Menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman tipis.
Yohan mengangguk kecil. Merasa suasana yang berusaha ia bangun tak begitu direspon Yena dengan baik. Membuatnya melengos dengan helaan nafas panjang.
"Maaf ya Na, kata Ujin lo sempet migrain karena gue?" mata Yena melebar. Tertegun ketika cowok ini jelas meminta maaf dengan kerlipan menyendu. Apalagi nada rendahnya yang membuat hati Yena berdesir.
"Ujin udah beresin semuanya kok. Tenang aja," jawabnya setenang mungkin. Kembali meraih minuman diatas meja dan menyedotnya pelan.
"Yang gini aja gue taunya telat." Katanya dengan terkekeh kecil. "Udah lama, gue gak gabung kalian lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Na! ✓
Teen Fiction[R13+] #TechnoUniverse Jika William Abimanyu adalah es beku kantin, maka Syena Marinka adalah kompor gas milik penjaga kantin. Pembawaan Abim yang selalu kalem dan dingin dipadukan dengan Yena yang meledak ledak. Terkadang dunia memang lucu, Yena...