Kata orang, jauh bisa bikin rindu. Nyatanya lo udah punya yang baru.
.
.
.
.
.Yohandar Ravindra
"Maka dari itu, gue harus yakin sama hal ini,"
Yena mengangkat alis tak paham lagi. Gadis itu mengernyit melihat Yohan malah terdiam tanpa berkata apapun.
"Kayaknya dari dulu emang gak ada yang harus di akhiri," cowok itu berdehem pelan menatap lurus manik mata Yena. "Karena gue atau pun elo gak pernah sama sama saling terbuka dari dulu,"
Yena terdiam. Membeku tak berusaha menyangkal apapun yang dikatakan cowok taekwondo itu.
"Hm, gue punya banyak rahasia. Dan gue ngerasa lo berhenti cerita apapun sama gue," Yohan menipiskan bibir dan kembali menegak. "Bulan ini lo selalu menghindar Na, dan gue tau, ini cara lo buat jagain Abim, kan?"
Yena melengos dengan rahang mengeras. Merasa tertohok dengan ucapan cowok itu. Gadis itu juga mengatupkan bibir rapat mendengar lanjutan Yohan.
"Kata orang, saling jauh bisa buat rindu," cowok itu meneguk ludah sesaat. Menoleh tepat pada Yena. "Nyatanya, lo udah ada yang baru,"
"Yo, mau lo apa sih?" tanya Yena tak paham. Cowok ini masih berbelit membuat kepalanya mendadak pening.
"Kita akhiri ini, Na," Katanya mantap dengan senyuman kecil.
"Kita gak pernah mengawali, kenapa harus ada akhir?" tanya Yena berusaha tak bergetar. "Udah dari awal hubungan kita tuh gak jelas,"
Yohan mengangguk kecil membenarkan. "Aneh ya, bisa bisanya gue sampai dibentakin Ujin karena dia ngerasa gue menjauh,"
Cowok itu berdehem pelan. "Padahal dia tau, yang selalu menghindar itu elo,"
"Udah deh Yo," kata Yena geram. "Katanya udah berakhir, kenapa lo masih ungkit ini sih?"
"Ada yang perlu gue omongin sih Na," kata Yohan dengan wajah seriusnya yang jarang terlihat. "Tentang gimana gue punya rasa sama lo disaat lo punya orang lain,"
Yena melongo kecil makin tak paham. "Maksud lo apa sih?"
"Ada seseorang, yang pernah datang. Katanya gue harus ada di sisi lo, sementara dia nenangin diri," Katanya tenang. "Seseorang yang gak akan pernah mau ngungkapin apa yang dia rasakan sekarang,"
"Yo.."
Yena mengernyit makin tak paham. Apa apaan sih cowok ini, kenapa kesannya Yena tuh udah tebar harapan ke banyak orang gini. "Jangan sok jadi orang sastra deh, pake istilah gitu,"
Yohan gatal ingin menanggapi, tapi jadi mengulum bibir menahan diri. Ini tuh misinya.
"Ini udah waktunya lo tau," Yohan menipiskan bibir. "Cowok itu selalu ada dimanapun lo berada, yang gak pernah mau merusak hubungan awal kalian."
"Gak usah sok misterius deh Yo,"
"Diem dulu. Gue ini lagi berusaha jadi penengah tau," kata Yohan dengan mantap dan serius. Yena tak tahan lagi. Sudah lama dia ingin menggeplak kepala Yohan.
Yena maju, meraih rambut depan Yohan bringas pagi ini. Gadis itu mengerucutkan bibir dan mengomel.
"Gak usah sok jadi orang penting deh. Lo itu gak pantes punya wajah serius,"
"Ampun Na, astaga! Botak gue woy!" Yohan sudah mengerang dengan wajah memerah. Berusaha melepaskan cengkraman tangan Yena dari rambutnya.
"Berhenti deh sok misterius, emang gue lagi main escape room apa!" kata Yena galak. Melepas cengkramannya membuat Yohan mengusap kepalanya dengan bibir mengerucut. "Emang gue main brain out apa? Matik aja remed,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Na! ✓
Teen Fiction[R13+] #TechnoUniverse Jika William Abimanyu adalah es beku kantin, maka Syena Marinka adalah kompor gas milik penjaga kantin. Pembawaan Abim yang selalu kalem dan dingin dipadukan dengan Yena yang meledak ledak. Terkadang dunia memang lucu, Yena...