25. Serangan Dua Kurcaci

167 36 2
                                    

Praja merasa patah hati. Entahlah, ia masih merasa sangat sakit. Cowok imut itu jadi berpikir bahwa dia seperti anak broken home begini. Yena yang beberapa hari menjauh, dan Ujin yang sibuk dengan futsalnya.

Ia sendiri juga masih ada di ruang drama. Mengurus beberapa hal yang harus ia persiapkan untuk pensi akhir tahun sekaligus penutupan class meeting.



Praja menoleh. Mendengar suara keributan di depan ruang ekskul. Membuat cowok itu bangkit keluar ruangan.

Matanya melebar, melihat cowok bergigi kelinci itu tengah dipukui oleh gadis mungil berambut bob, yang tak ia kenali. Praja mengerjap kecil jadi tersadar. Kemudian berdehem pelan.


Yohan menoleh bersamaan dengan gadis mungil itu yang tersentak sampai memundurkan diri. Praja masih berdiri mematung hingga Yohan mendorong tubuh mungil gadis itu. Langsung dibalas delikan dan tinjuan kecil di lengannya. Baru membuat Praja mengangkat kedua alis bingung.

"Tuh buruan ngomong," kata Yohan masih mendorong gadis itu. Membuat gadis itu mendecak kesal dengan wajah bertekuk dan lirikan tajam.

Praja berdehem lagi. Sok ganteng.

Kalau ada Yena disini, pasti cowok itu sudah di umpati kasar dan nyaring. Tapi sayang, Yena pulang duluan dan memilih bolos ekskul futsal.

"Tulis data anak drama buat pensi nanti. Karena data kemarin buat akreditasi, dan ini beda lagi. Serahin ke gue aja. Ke Jeje mah lama," Kata gadis mungil itu menyebutkan salah satu pengurus osis lain.

"Ke Hasan juga gak papa sih, tapi ini programnya Elsa,"

"Ke Hafiz bisa?" tanya Praja membuat gadis itu mengangguk kecil setuju.

Gadis itu menyerahkan beberapa lembar kertas. Susunan panitia dan data yang harus dikumpulkan ekskul drama padanya.

Praja mengangguk kecil. "Eh, tunggu dulu," Katanya menahan gadis itu dan Yohan yang hendak berbalik pergi.

Gadis itu berbalik dengan alis terangkat. "Nama lo siapa?"

Gadis mungil itu mengerjap polos dengan bibir melongo kecil. "Ajeng," jawabnya singkat langsung berbalik pergi.

"Eh. Tunggu dulu," Katanya menahan lagi. Membuat gadis itu mendengus kesal ditahan beberapa kali. "Gue pinjem Yohan,"

Yohan sontak mengumpat. Ingin menendang cowok imut ini hingga tersungkur ke depan meja pak Jidan.

"A--oh," gadis itu mengerjap kecil agak kaget. "Gak butuh gue," Katanya pergi tak menghiraukan Yohan yang sudah menampilkan gerakan dasar taekwondo. Berasa lagi ikut lomba Poomsae.




Praja mendengus kecil. Membuat Yohan jadi berbalik menatapnya dengan alis terangkat. Ia meneguk ludah sadar akan sesuatu dengan wajah bertekuk Praja.

"Eh-- eh aduh perut gue,"

Cowok bergigi kelinci itu memegangi perutnya lebay. Sampai berjongkok bertumpu pada dinding depan ruang ekskul. Tak sengaja melirik cowok imut itu yang jelas berubah. Dengan tatapan tajam dan rahang mengeras.


"Lo apain Yena?"




**Sayna!**



Pemuda berkulit putih dengan gigi kelinci itu mengerjap polos. Menatap dua orang yang lebih pendek darinya tengah berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Lagaknya saja seperti preman. Tapi wajah baby face mereka justru membuat siapa saja menjadi gemas.


Si cowok berambut batok dengan poni menutup dahi. Pipi putihnya memerah alami.

Say Na! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang