Cowok jangkung itu merapatkan bibir. Baru saja kembali dari lapangan basket bersama Dion. Melihat kelas kembali rusuh seperti beberapa minggu yang lalu. Yuvin benar-benar membawa speaker Bluetooth-nya. Sudah pesta rakyat pagi begini.
Praja menggerakkan pulpen di tangan kanan. Mengayunkannya seperti seorang gitapati di depan kelas. Tapi cowok itu mendecak, jadi berlari ke tengah kelas mengikuti yang lainnya.
Abim makin membeku melihat gadis itu di tengah-tengah memimpin senam pagi. Dengan Praja dan Yuvin di sisi kanan dan kiri. Dino juga ikut meramaikan memutar buku di meja depan seperti seorang dance joker.
Yena melambai sekilas pada kamera yang di acungkan oleh Ujin ke depan wajah bulat gadis itu. Kemudian jadi melompat-lompat dengan yang lain.
Yena tak melanjutkan. Menggerakkan tangan di depan wajah merasa kepanasan. Kemudian gadis itu menyeringai lebar ketika Praja datang membawa kipas mini milik Deya. Mengarahkan ke dapan wajah mereka yang berkeringat.
Abim tersentak. Berdiri menegak, sepertinya trio itu baik-baik saja. Bahkan tak ada kata permusuhan sama sekali.
Yena melambai pada kamera Ujin untuk yang kesekian kali. Bersama dua sahabatnya yang menyembul. Membuat Yena mencubiti pipi Praja dan Ujin bersamaan di sisi kepalanya.
"Hai, aku adalah ratu mereka," Katanya kemudian tertawa puas. Membuat Ujin dan Praja ikut tertawa palsu dan terpaksa.
Mereka baikan? Kenapa.. Yena kemarin mengatakan bahwa persahabatannya mungkin akan berantakan.
Janu yang entah sejak kapan duduk di meja Deya menggeleng kecil. Menepuk pelan bahu cowok jangkung itu membuat Abim tersadar dari lamunannya. Menggerakkan wajah dengan alis berkerut.
"Gak mau disamperin?" tanya cowok berpipi cubby itu entah kenapa kali ini lebih normal. "Cewek lu anjir. Tiap hari makin aneh aja,"
Abim mendelik. Menabok belakang kepala Janu dengan kesal. Membuat sahabatnya itu kini berlari pergi merengek pada Sintia yang jadi mengomelinya.
Di saat bersamaan Yena menoleh. Menegak begitu saja. Tak sadar sedari tadi cowok jangkung itu tengah memperhatikan ke bobrokannya.
Ia mendadak menciut. Mengigit bibir dan meneguk ludah. Yena kemudian berdiri, mengumpat kecil pada Praja dan Ujin yang menahan tawa.
"Rencana gue bukan gini anjir," kata Yena mengumpat kecil. Menendang kedua sahabat cowoknya yang jadi drama tersungkur berlebihan.
Yena mengalihkan pandangan, pada apapun itu asal bukan pada cowok itu. Apalagi kini Abim berjalan mendekat dengan wajah dingin dan sorot mata tajam. Membuatnya merapatkan bibir dan merutuk. Kenapa tadi malah ke asikan joget mengisi vlog Ujin.
Kan rencananya jadi gagal.
Yena mengembungkan kedua pipi. Kepalanya jadi tertunduk dalam posisi siap menerima omelan panjang lebar cowok jangkung itu.
"Katanya musuhan?" sindir Abim dengan datar. Membuat Yena makin merunduk mengumpat dalam hati. "Sejak kapan orang musuhan ngevlog bareng?"
"--eh,"
Yena yang terkesiap langsung mengangkat wajah dengan bibir melongo tak paham. Ia kira cowok ini akan kesal dan mendiamkannya karena berani membohonginya.
"Kalo udah baikan kenapa bilang bisa jadi musuh?" tanya Abim lagi menuntut jawaban. Memajukan wajah dengan tubuh merunduk menyetarakan tinggi dengan gadis di depannya.
Yena menahan nafas. Menciut dengan bibir melengkung ke bawah.
"Ya kan-- gue, mau ngasih suprise buat lo," Katanya mencicit kecil. "Tapi gagal kan gara-gara Jin gingsul ngajakin ngevlog,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Na! ✓
Teen Fiction[R13+] #TechnoUniverse Jika William Abimanyu adalah es beku kantin, maka Syena Marinka adalah kompor gas milik penjaga kantin. Pembawaan Abim yang selalu kalem dan dingin dipadukan dengan Yena yang meledak ledak. Terkadang dunia memang lucu, Yena...