Ujin mendengus tapi jadi terdorong pasrah ketika Yena mendorongnya, mencoba menutupi diri. Dengan Praja yang santai saja melambai kecil ketika berpapasan dengan adik kelas yang dilewati.
"Minggir lo he,"
Ujin menepuk belakang tubuhnya, di mana Yena kini mendengus menabok bahu lebarnya kesal. Cowok itu masih tidak peka, meski Yena merengek jadi lebih merapat memegangi tas hitamnya dan merunduk mengikuti langkahnya.
Ujin menghentikan langkah, berbalik membuat Yena memundurkan diri. Cowok bergigi gingsul itu mengernyit tak paham. Yena yang biasanya sudah mengoceh panjang lebar kini jadi seperti anak kucing yang malu-malu.
Cowok itu menghela nafas. Menaruh tangannya di atas kepala Yena dengan mulut berkomat kamit tak jelas. Membuat gadis itu jadi meronta, menendang Ujin bringas dengan kedua tangan meraih seragam cowok itu.
"Ja pegangin, mau gue buang nih yang nempelin Yena." perintahnya membuat Praja memegangi lengan Yena menurut.
"Na, istighfar Na. Inget kata mama!" Kata Praja ikut serta menepuk bahu Yena menenangkan.
Ketiganya yang ribut di lobby sekolah jadi sorotan. Ketika para siswa siswi berebut masuk agar tidak terlambat, ketiganya malah ribut di lobby mulai atraksi pagi.
Sebagian berkasak kusuk setelah tahu itu Yena. Yang kemarin menggemparkan akun lambe turah sekolah mereka. Bahkan ada yang terang-terangan menatap tak suka dan mencibir dengan keras.
Sampai seorang pria muda dengan wajah datar khasnya berdiri tak jauh dari mereka. Membuat para siswa siswi yang masuk menepi memberi ruang.
"Sedang apa kalian?" Praja mengatupkan bibir, menarik Yena menjadikan gadis itu tameng.
Ujin meringis di tempat, segera menggeleng kecil menepuk ujung kepala Yena yang berantakan.
"Eh pak Jidan. Hehe,"
Ujin menelan umpatannya. Melihat Yena yang langsung merapikan diri meski kesal terdorong Praja di belakangnya.
"Nih pak, masa saya jadi korban KDPT, Kekerasan Dalam Pertemanan," Adu Yena dengan mulut mencuat kecil. Ingin menunjukan sisi imutnya.
Pak Jidan mengangkat alis bingung. Yena melongo kecil, jadi terpesona pada sosok guru muda itu.
"Cepat, rapikan seragam kalian. Sebelum saya tulis nama kalian di buku hitam,"
Ketiganya kompak mencium punggung tangan guru muda itu. Kabur sebelum nama mereka berakhir di buku hitam karena rusuh di pagi hari.
Tapi, Yena masih terpesona lalu memutar tubuh membuat tanda love dengan kedua tangan di atas kepala ketika pak Jidan berjalan menjauh menuju gerbang depan.
**SayNa!**
Deya yang tengah meminum teh botolnya terbatuk. Menginterupsi Yena dan Praja yang ada di sebelah gadis itu refleks mengusap punggungnya.
"Sante sante," ujar Ujin yang tengah bersiap memasukkan pizza mini ke dalam mulut.
Deya memukul dadanya yang terasa sesak. Segera meraih hapenya lagi.
"Na, lo beneran sama si Abim?"
Yena mendengus kecil, memajukan bibir bawahnya. Praja menoyor kepala Yena hingga gadis itu kini makin merunduk, jadi merebahkan kepalanya di meja kafetaria siang itu.
"Gila sih Na, apa lo gak pingsan di peluk gitu sama Abim?"
Yena melongo, kemudian meneguk ludah segera duduk menegak. Bertepatan dengan Praja dan Ujin yang kini menatapnya mengintimidasi. Meminta penjelasan untuk hal yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Na! ✓
Teen Fiction[R13+] #TechnoUniverse Jika William Abimanyu adalah es beku kantin, maka Syena Marinka adalah kompor gas milik penjaga kantin. Pembawaan Abim yang selalu kalem dan dingin dipadukan dengan Yena yang meledak ledak. Terkadang dunia memang lucu, Yena...