Judulnya kek kereta tut tutt...
Yena mengerjap beberapa kali dibalik punggung Abim. Gadis itu mendengus kecil merasakan hidungnya berair karena kedinginan.
Tadi, mereka memang ke bakso Naruto. Karena malam sabtu begini kedai itu semakin ramai. Jadilah, Abim dan Yena berkeliling di Jakarta Selatan. Berakhir dengan berjalan-jalan di expo dekat sekolah.
"Bim?" panggil Yena, membuat Abim memelankan laju motornya. "Gue pilek,"
"Hm? Mau mampir dulu gak?" tanya cowok itu sedikit memiringkan wajah menoleh.
"Pulang aja deh," kata Yena lirih, membuat Abim menghela nafas pelan menarik gasnya lebih kencang.
Seperti sudah ditentukan, Yena selalu keluar setiap malam sabtu bersama Abim. Entahlah hanya berkeliling di Jakarta Selatan, ikut nongkrong bersama geng Abim, atau seperti tadi. Mengunjungi expo di dekat sekolah yang dibuka dua minggu yang lalu.
Hanya berkeliling saja. Toh, dimanapun akan ramai karena suasana malam sabtu.
Abim memelankan laju motornya, membuat Yena melongokkan kepala.
"Ujan Na," gumam Abim pelan.
Tak menunggu respon Yena. Cowok itu langsung menarik gas melaju lagi. Kemudian berbelok memasuki perumahan elit menuju rumahnya. Memasuki halaman luas setelah seorang security membukakannya gerbang tinggi itu.
Abim menoleh ketika Yena melompat turun dari motor besarnya. Seketika itu, langit yang semula gerimis jadi meluap membuat hujan jadi deras.
Yena mendongak menatap Abim sudah berdiri di sampingnya dengan kedua tangan masuk ke dalam saku jaket bombernya. Cowok itu dengan kikuk menggandeng Yena melangkah ke teras. Membuat Yena tersentak seakan tersengat listrik.
Gadis itu menggigit bibir. Merasa tak enak malam-malam begini berkunjung ke rumah Abim. Karena, terakhir kali datang gadis itu tak menemukan siapapun kecuali rumah Abim yang terasa sangat kosong.
Kemungkinan, saat malam adalah waktu berkumpul keluarga Abim. Sama seperti keluarganya yang akan rusuh jika malam tiba. Entahlah berebut remot televisi, makanan, atau bereksperimen bersama.
"Masuk Na," Yena mengerjap kecil tersadar.
Gadis itu meneguk ludah. Jadi gugup setengah mati berjalan merunduk tak berani menatap sekelilingnya.
Yang ada hanya kesunyian. Rumah besar itu masih sama.
Yena kembali menoleh. Tapi mengatupkan bibir ketika Abim membawanya ke tempat luas depan televisi besar disana.
"Bim, sorry," Abim menoleh dengan kedua alis terangkat. Kemudian ia menghela nafas panjang sudah bisa menebak apa yang ada di pikiran gadis ini.
"Gue sendirian Na, cuma ada security di depan," jawabnya dengan intonasi datar dan wajah tanpa ekspresinya.
Yena menggigit bibir. Memutar otak tak mau membuat cowok ini diam melamun di sampingnya.
"Laper euy," Katanya dengan seringaian bodoh dan mata bundarnya mengerjap sesaat. "Mau eksperimen gak?" tanyanya dengan semangat.
Abim mengernyit. "Siapa yang jadi korban lo sebelumnya?" tanya Abim tajam membuat Yena mendengus.
Tapi tak lama, gadis itu mencuatkan bibir dengan sebal. "Kemarin kakak gue, minggu lalu Praja Ujin sama Yuri," Katanya jadi mengaku. "Mereka aja yang lemah, masa masakan Chef Yena di buang-buang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Na! ✓
Teen Fiction[R13+] #TechnoUniverse Jika William Abimanyu adalah es beku kantin, maka Syena Marinka adalah kompor gas milik penjaga kantin. Pembawaan Abim yang selalu kalem dan dingin dipadukan dengan Yena yang meledak ledak. Terkadang dunia memang lucu, Yena...