Epilog

458 37 2
                                    

Yena merutuki diri. Bersembunyi di balik tubuh tinggi besar cowok itu. Ia memegangi ujung tali ransel Abim. Membuat cowok itu menghela nafas panjang. Tak urung kedua bibirnya berkedut ingin tertawa geli. Tapi, dia William Abimanyu. Si es beku kantin yang dingin dan hanya bisa mencair karena Yena. Dia gengsi tertawa di depan umum.


"Kenapa?" tanya Abim dengan santai. Bahkan tangan besarnya sudah menarik pergelangan tangan Yena. Kemudian turun menggenggam jemari gadis itu sepenuhnya.

Membuat beberapa orang yang tengah berjalan di sekitar mereka berghibah pagi-pagi begini. Bahkan Yuri yang tertinggal di belakang mendengus envy.

"Malu tau," kata Yena dengan wajah merona. Mencicit kecil seperti tikus terjepit.

Abim tersenyum tipis. Mengacak puncak kepala gadis itu yang langsung mendecih sebal. Tapi Yena langsung merapat padanya, menyembunyikan wajah menempel pada lengannya.


Cowok jangkung itu mengangkat alis. Melihat pria muda yang keluar dari mobil hitam berjalan dari arah parkiran guru. Ah, pak Jidan. Si guru berkarisma dingin wali kelas mereka.

Yena mengintip kecil. Kemudian menjauhkan diri dari Abim berjalan dengan riang membuat Abim terseret pasrah di belakangnya. Melupakan tadi sudah seperti keong bersembunyi di balik badannya.


"Pagi, pak Jidan!" kata gadis itu dengan riang. Memperlihatkan deretan gigi rapi dan mata bundarnya yang mengerjap. Mendadak jadi sosok manis.

Pak Jidan mengangguk kecil. Memperhatikan Yena dan Abim yang tumben berangkat pagi sekali. Oh, bahkan tautan tangan keduanya membuat guru muda itu mengangguk sekali lagi. Sudah paham.

"Mau saya anter ke ruang BK gak pak?" tanya Yena dengan manis dan tak tahu malu.

Abim hampir saja mengumpat kasar. Tapi berusaha ia telan kembali karena tengah berhadapan dengan si guru BK sekaligus wali kelasnya.

Ia hanya mendelik kecil pada Yena yang mencuatkan bibir dengan bahu menurun. Apalagi ketika pak Jidan jelas menolaknya secara halus. "Kamu piket hari ini kan?"

Yena meringis kecil. Mau tak mau berpisah dengan pak Jidan yang memasuki ruang BK di gedung depan. Sementara dirinya kini berjalan berdampingan dengan Abim berdua.

"Gak usah menel," Yena kembali mencuatkan bibir. "Atau gue makan bibir lo,"

Gadis itu tersentak jadi memundurkan kepala kaget. Ketika Abim tiba-tiba maju mencondongkan tubuh. Membuatnya membeku dengan mata mengerjap kecil.

"Di sekolah ih," katanya dengan tangan menabok lengan cowok itu. "Yang terakhir anak monyet!"

Yena berlari di koridor pagi itu. Di susul Abim dengan langkah besarnya mengekor.

Masih pagi sudah di suguhkan adegan India oleh kedua remaja yang baru saja meresmikan hubungan itu. Membuat beberapa orang yang di lewati atau berpapasan sampai memutar kepala melihat keduanya yang saling kejar.

Jika melihat Yena yang berlarian memang sudah biasa. Tapi William Abimanyu, si es beku yang biasanya dingin kini terlihat cerah seperti matahari pagi. Apa mata mereka tidak kelilipan?

Beberapa gadis memekik heboh sudah mupeng dan envy. Tak tahu kenapa es beku kantin di padukan dengan kompor gas jadi seuwu itu.

Tak ada yang tahu mengenai keduanya. Kalau saja tidak terciduk oleh yang lain mungkin ini akan jadi berita yang lebih boom dibanding sebulan yang lalu.

Dekat sekedar jadi teman sekelas sejak kelas 10 tak membuat mereka terlihat dekat. Nyatanya karena tingkah Yena semakin menjadi sejak kelas 11 membuat Abim yang tak pernah memperhatikan dan masa bodoh jadi terapancing.

Memilih dalam mode kalem dan dingin. Mendengarkan celetukan gadis itu yang selalu membuatnya ingin menepuk bibir monyong Yena setiap kali ke sebelah kursinya.

Yena tak pernah tahu, bahkan teman mainnya pun tak tahu. Bahwa William Abimanyu lebih dulu ambyar pada pesona meledak-ledak gadis itu. Yang berhasil membuat semuanya kini lebih baik.

Berbeda kepribadian bukan berarti musuh.

Si kalem yang dingin juga selalu menerima tingkah random si rusuh yang meledak-ledak.






Yena menjatuhkan rahang tengaga. Melihat kerumunan di lapangan yang heboh. Dan itu bukan karena dirinya. Bahkan Yena baru masuk lapangan bersama Yeri dan Deya.

Hari ini kelasnya memang dijadwalkan perkenalan dengan salah satu pelatih NBA dari Vietnam. Tapi si pencuri perhatian bukanlah pelatih ganteng atau bule Asia.

Melainkan para teman kelasnya yang sudah berjoget tiktok di tengah lapangan. Janu ada di tengah bersama Ujin. Yang tambah mengherankan, William Abimanyu ada di sana.

Berdiri paling depan dengan tawa bodoh saling dorong dengan Jeje.

Mata Yena tidak salah kan?

"Anjir Abim ketularan Yena!" ceplos Yeri begitu saja. Menggeleng tak percaya akan apa yang ada di hadapannya.

Bahkan Deya sudah ikut memegangi go pro milik Ujin karena cowok itu sudah kesetanan di tengah lapangan. Meski juga sambil ngakak tertarik pasrah bersama Sintia dan Nika, dua gadis masa bodoh itu. Yena tertinggal sendiri merasa paling normal.




That's really? TKR 2? Atau William Abimanyu? Atau Yena yang merasa paling classy tak ikut joget bersama?


"Es beku beneran mencair,"

Yeri menggeleng kecil. "Lets go!" gadis mungil itu melotot ditarik secara paksa oleh Yena ketika lagu bang jago berbunyi.

11 TKR 2 benar-benar akan roboh seperti dugaan si kapten.



11 TKR 2 benar-benar akan roboh seperti dugaan si kapten

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Mau bilang atau tanya apa? Sini aja sini!
Sebisa mungkin aku jawab :))

Yunda dan anak anak pergi dulu.. TATA!! Jal butakdeurimnida!! 감사합니다..

Say Na! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang