36. Kompor Gas x Es Beku

322 39 5
                                    

Abim tersenyum geli menatap Yena yang melompat girang dengan wajah merekah. Memasukkan bola orange ke dalam ring yang terus bergerak di depannya.

Yena menoleh sadar Abim hanya menatapnya. Membuat gadis itu jelas salah tingkah dengan wajah merona. Tanpa sadar bibirnya jadi mengerucut seperti bebek.

Yena sempat melirik beberapa gadis menatap Abim dengan mata berbinar sudah mupeng. Ia mendengus kesal segera meraih Abim. Menyeret cowok itu yang tertarik pasrah.

"Ayo pergi," Katanya menarik Abim untuk segera pergi dari zona permainan itu. Funworld mini di tengah expo milik sekolah mereka. Padahal gratis karena murid SMK Techno.

Abim mengangkat alis tinggi. Gadis di sebelahnya mendengus kesal tak mau menoleh padanya.


"Kenapa sih?" tanya Abim sok tak peka. Padahal tahu dan sempat mendengar beberapa gadis memekik tertahan di sekitarnya.

"Gak," jawab Yena singkat dengan raut wajah biasa saja.

Namun gadis itu mendelik ketika Abim melangkah tenang meninggalkannya yang masih melotot. Ia memperbaiki mimik wajah, segera mengekori Abim yang sudah jauh.

Yena tersentak, ketika cowok jangkung itu berhenti mendadak. Ia mencibir, mendorong tubuh besar itu agar menyingkir memberinya tempat.

Abim berbalik, memegang satu boneka berwarna kuning ukuran kecil. Menyembunyikan wajah tampannya dibalik boneka kuning itu. Cowok itu jadi berbicara random menggerak-garakkan boneka itu ke arah Yena.

"Hai, namaku Yena!" kata cowok itu dengan nada meninggi. "Yang sukanya ngambek dan bikin kelas rusuh,"

Yena yang ingin mengamuk jadi luluh. Terkekeh geli mendengar intonasi bicara Abim yang selama ini selalu menunjukkan image dinginnya.

Gadis itu ikut meraih boneka beruang. Menggerakkannya ke kanan kiri. Membalas perkataan Abim yang kini juga terkekeh geli.


"Hai, aku Abim!" Katanya dengan suara serak berat gagalnya. "Es beku kantin yang suka menghilang!"

Abim menurunkan boneka di tangannya. Wajahnya merenggut, Yena menatapnya dengan kekehan masih terdengar meski samar.

"Apa?" tanya Yena dengan nada galak.

"Kata siapa gue suka menghilang?" jawab Abim membuat bibirnya tanpa sadar ikut mencuat seperti gadis itu.

"Lah? Emang iya kok, ini tuh fakta," kata Yena dengan ngotot. "Lo tuh kayak kaos kaki gue. Kemarin ketemu, besoknya udah ilang. Gak di cariin ketemu, di cariin dah gak tau dimana," cibirnya menyiratkan sikap cowok itu yang memang suka menjauh tiba-tiba.

"Emang gue harus nyari dulu baru lo datang?" gerutunya tanpa menoleh. "Eh," Tapi kemudian gadis itu tersentak sendiri. Jadi menepuk bibir keceplosan.

Abim membeku. Menatap Yena yang kini membelakanginya. Masih menepuk kening dan mengumpat kecil.

Cowok itu masih diam. Seperti tertembak tepat. Jadi tahu apa yang ada di benak gadis ini. Yang selalu biasa saja meski dirinya memang suka menghilang tanpa jejak.

Abim berdehem lalu menyentuh ujung hidung dengan kikuk. Ia meneguk ludah, mengumpati diri. Jadi teringat Nika yang mengomel beberapa hari yang lalu.

'Gentle dong jadi cowok. Jangan cewek aja yang ngejar. Sok ganteng banget,'

Yena masih di posisi membelakangi Abim. Mengulum bibir dan meneguk ludah. Kemudian menggigit bibir agar tidak memekik keras sekarang. Ingin rasanya guling-guling di lantai dan melompat girang.

Say Na! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang