15. Kursi Pojok

201 40 5
                                    

Yena melirik kecil ke pintu kelas yang sedikit terbuka. Berharap cowok jangkung itu segera kembali ke kelas.

Biasanya Abim akan kembali ke kelas setelah istirahat pertama habis. Tapi hingga bu Airin masuk dan memulai pembelajaran, cowok itu tidak ada di tempat.

"Kenapa kursinya banyak yang kosong?" tanya guru cantik itu menunjuk beberapa tempat kosong. Tempat duduk Abim, Lucas, Lintang, Lingga dan Benji.

Kursi pojok belakang milik Abim, yang kosong karena cowok jangkung itu memang membolos dari pagi. Di sebelah kursi Abim adalah milik Lucas, cowok berwajah tengil itu keluar setelah bel jam ke 3.

Lalu tiga lainnya tak kembali setelah istirahat selesai. Entahlah lima cowok itu ada di mana sekarang.

Doni meneguk ludah jadi mengumpat kecil. Tadi pagi dia dipanggil sang wali kelas. Dan mungkin saja hari ini jadwalnya mengunjungi ruang BK lebih padat. Meski masuk BK baginya sudah seperti makanan sehari-hari.

"Doni, kamu cari semua orang itu." Kata guru cantik itu tajam. "Oh iya, hari ini bu Mala tidak bisa hadir. Jadi ada tugas mengerjakan buku paket halaman 51. Nanti dikumpul ya, Doni."

Doni hanya mengngguk kecil.

"Kalo ngerjain buku paket ya kasihan atuh bu.. Nanti buku paketnya merasa di bully," celetuk Dino masih sempat. Mengerjap sok polos dengan anggukan mantap.

"Mengerjakan ya, bukan dikerjain, Dino Chandra," geram guru cantik itu menggeleng kecil.

"Buku paket kita cara ngerjainnya gimana bu? Kan bukan percetakan." celetuk Janu sudah gatal. "Kalo cetak buku nikah ayok lah bu. Gaskeun!" Janu nyengir lebar tapi langsung meringis dapat tendangan dari sisi kanannya.

Guru muda itu menggeleng, merapikan beberapa buku yang ada di meja untuk dibawanya ke kelas lain. "Doni, temen temen kamu ya."

Si tampan di pojok depan itu menghela nafas kecil dan mengangguk lagi mematuhi. Tak peduli celotehan aneh anggota kelasnya.

"Bu Airin," panggil Dion membuat bu Airin yang bersiap keluar jadi menoleh dan berbalik menatap cowok berkulit putih itu. "Nama depan ibu kan Ai, belakangnya Rin,"

Bu Airin mengerjap kecil refleks mengangguk dan menanti cowok itu. "Kalo belakangnya diganti love you, itu rasa saya sama ibu," sambung cowok itu dengan senyum lebarnya.

Ujin sudah bersiul siul meramaikan. "Aih sedep bener," celetuk Dino menanggapi.

"Ay.. Lovyuuu.. Tekoninayoo.." sambar Yuvin langsung menyambung ke ost drama populer DOTS. Karena cowok itu akhir-akhir ini suka dengan ost mellow di drama Korea.

"Takoyaki kali ah si Yuvin," Yuvin melengos tak mendengarkan gadis mungil yang ada di arah jam 1 darinya.

Guru muda itu menghela nafas panjang dan menggeleng. "Saya gak suka berondong. Sukanya jasuke," kata guru itu langsung pergi tak menanggapi.

"Lah pergi. Jangan.. Tinggalkan akuu.." nyanyi Yuvin mengganti lagu dengan dramatis. Sudah bersautan dengan Janu dan Dino.



"Jasuke itu temennya Sasuke kan?" tanya Praja menoleh ke kanan kiri.

"Temennya Sasuke ya Naruto. Kalo U nya dibuang itu nama yang dagang bakso depan komplek," balas Ujin agak sewot ingin memukul belakang kepala sahabatnya.

"Narto?" tanya cowok gembul itu memastikan. "Lah? Kirain bakso naruto tuh di delemnya ada rudal," celetuknya polos.

"Lo tuh sekolah 11 tahun gak guna ya?" balas Yeri gemas sendiri. "Kan huruf u nya di coret,"

Say Na! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang