10. Loss Doll

235 49 5
                                    

Yena meringis kecil berdiri di depan pak Jidan yang menghela nafas lelah. Guru muda itu mendongak membuat Yena malah salah tingkah tak karuan.

"Yena?" panggil guru itu membuat Yena mengerjap kecil menguasai diri. "Lain kali jangan diulangi ya?"

Gadis itu menegak dengan bibir mengerucutnya bersiap protes. "Tapi saya gak bisa los dol gitu pak,"

Pak Jidan jadi mengernyit, kini memerintahkan si anak kelasnya untuk duduk di kursi depan mejanya. Yena menghela nafas panjang. Salah tingkah guru muda ini hanya menatapnya.

"Los dol, gimana?" tanya guru itu mengernyit tak paham.

"Eum, itu loh pak. Biarin gitu aja," Katanya mencicit kecil merunduk mati matian agar wajahnya tak terlihat memerah. "Saya gak terima kalau disindir gitu,"

"Tapi itu tidak benar. Kalo kamu di nyiyirin jangan nyinyir balik. Tunjukkan kalo kamu lebih oke dari orang yang nyiyirin kamu," kata guru itu menagakkan tubuh. "Apalagi malak, emang kamu preman pasar?"

Yena merunduk lagi. Bahunya menurun lemas dengan kepala mengangguk kecil. "Kamu gak harus say no ke semua orang untuk menegaskan kalo kamu gak salah."

Gadis itu mendongak kecil dengan wajah merekah. "Kalo say Na. Boleh pak?" tanyanya dengan mata mengerlip polos dan bibir melongo kecil.

"Kenapa say Na?"

Yena menerawang kecil. Menjawab dengan anggukan mantap dan wajah seriusnya yang tidak pernah meyakinkan. "Karena saya Sayna-- eh Syena, bukan syeno,"

Yena meringis kecil ketika pak Jidan hanya diam bergeming. "Tapi Yena," guru itu menghela nafas kecil memperbaiki posisi duduk. "Jangan dilakukan lagi ya?"

Gadis dengan rambut kuncir kuda itu mengulum bibir. Ingin mengelak pun tetap dia yang kena. Apalagi, jika para guru tahu tentang fotonya. Apalagi jika itu pak Jidan, semua akan semakin rumit.

Untung saja punya teman macam Ujin menguntungkan. Berhasil menghack semua akun yang memposting foto itu di sosial media.

Kalau para guru melihatnya. Jelas Yena akan kalah telak. Terlebih hampir semua fans Yohan me-judgenya. Memojokan Yena seolah gadis itu sama sekali tidak bisa di sandingkan dengan Yohan si ketua Club Taekwondo. Emang mereka siapa?

Yena juga tidak pernah mau ada di posisinya sekarang. Bahkan pak Jidan si Wali Kelas kini menggeleng tidak setuju dengan aksinya.

Emang Yena lukain berapa manusia sampai dia masuk BK begini?

"Ya sudah. Biarin aja ya. Saya tahu kamu  jarang punya masalah," pak Jidan tersenyum tipis. "Jadi Yena yang biasanya suka ngelucu di kelas. Jangan Yena yang suka malak apalagi ngajak ribut."

Yena melongo kecil. Mendongak, bibirnya melengkung ke atas membentuk senyuman lebar dengan mata berbinar. Jarang sekali guru muda itu bicara dengan intonasi menanangkan seperti itu.

Ia berdiri dari duduknya, membungkuk kecil pada pak Jidan dan membuka pintu ruangan.

Guru muda itu menggeleng pelan menyandarkan punggung ke kursi. Tapi gerakannya terhenti jadi mengangkat alis refleks dengan bingung menatap anak didiknya yang menyembulkan kepala di daun pintu.

"Tapi yang suka ngajak ribut itu Fauzin pak, bukan saya." Katanya sungguh sungguh. Kemudian meringis lebar dan menutup pintu hati-hati.

Pak Jidan menggeleng pelan. Benar-benar menyandar pada punggung kursi dengan tangan terangkat memijit pelipisnya lelah.

**SayNa!**

Yena mendesah pelan. Berbelok dan turun tangga kecil di depan ruang humas. Ia berjalan sendiri di tengah koridor yang sepi karena jam masuk sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu.

Say Na! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang