Part 30

15 4 1
                                    

"Al,"

Seperti kepergok sebagai pencuri, Alan dengan gugupnya menghindari si pemanggil namanya yang kini berusaha menyamai langkah tergesanya.

"Kak Alan, berhenti bentar napa," kesal Ranin menghentikan langkah Alan.

"Sori. Kenapa Ran?"

"Gue minta maaf soal minggu kemarin. Gue..-"

"Ya gapapa kok. Lagian gue pas keluar kota juga." dusta Alan.

"Bohong." sahut Ranin cepat.

"Gue tau Kak Al nungguin depan rumah tetangga, yakan? Yang pake motor matic, pake helm item. Itu kak Alan kan? Ngaku deh!"

Alan berdecak, "motor gue bukan matic,"

"Oh salah ya. Hehe. Btw.." Ranin mengeluarkan sebotol yoghurt dari dalam tas nya.

"Sebagai permintaan maaf."

"Mau nyogok lo?"

"Lo nggak denger gue tadi bilang apa?"

Alan menampakkan jurang pipinya. "Nggak usah pake itu gue uda maafin kok."

"Nggak ah, harus terima. Keliatan nggak ikhlas maafinnya."

Dengan terpaksa, Alan menyambut minuman dingin tersebut yang ternyata sudah dijejali sebuah notes yang dilipat kecil.

"Makasih Kak Al. Gue janji bakal nemenin lo ke perpus lain kali. Gue pulang duluan ya," pamit Ranin tanpa harus lagi mendengar balasan dari Alan.

Alan yang niatnya masih kecewa sama Ranin, jadi gagal saat membaca notes Ranin.

Kesalahan selalu saja terjadi sama manusia. Dan menyebalkan banget karna gue manusia, jadi gue salah dan korbannya elo. Terimakasih uda rela hujan-hujanan nungguin si manusia yang tak tau diri ini.
Kuberi minuman penyebab kedekatan kita sebagai permintaan maaf dari gue.
Maaf maaf maaf.

Alan tersenyum.

***

"Kaget gitu," kekeh Meiva melihat Ranin berjengit kaget seusai menutup pintu lokernya langsung disuguhi pemandangan wajah Meiva tiba-tiba.

"Ada apa?" tanya Ranin dingin.

"Santai aja elah, tegang amat."

"Gue nggak ada waktu buat ghibah sama lo," bangkit Ranin mengangkat kakinya.

"Gue minta maaf." Tulus. Itu yang ditangkap Ranin. Tapi mempercayai manusia seperti Meiva bukan dirinya. Sepersekian detik Ranin menganggurkan uluran tangan Meiva yang sabar menunggu.

"Minta maaf yang mana ya?" Meiva membuka mulutnya..-

"Oh jadi lo yang neror gue pake sms, yang ngasih bangkai ular ke loker gue itu elo?! Yang robek-robek ban motor gue elo?! Dan yang sekarang naruh sampah di loker gue itu lo juga?!"

Meiva mengernyit, "lo salah paham deh,"

"Cih, ngaku lo. Masih iri sama gue? Masih marah soal bokap lo?"

Sabar. Itu yang kini dirapalkan Meiva dalam hatinya. Jika bukan karena Meiva sudah dikhianati teman-temannya, sampai kiamat pun Meiva bakalan ogah dekat sama Ranin.

"Gue paham akan kebencian lo yang ngalah-ngalah in gue. Dan gue yakin kalo gue juga masih ilfeel sama lo. Tapi gue nggak pernah bohong. Sekali gue bilang nggak juga tetap enggak."

Bad LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang