"Lo tu harus yang peka dong! Gimana bisa peka sama gebetan kalo ama sahabat aja nggak peka,"
-Dika Ananta-***
Altan menggeliat. Tangan kanannya memegang kepalanya yang terasa sakit. Kedua matanya membuka secara perlahan.
"Al, lo uda bangun? Kepalanya masih sakit nggak?" Altan menoleh ke sumber suara dan menemukan sahabatnya di sampingnya. Altan tersenyum.
"Gue pingsan yah?" Alan berdecak. "Kenapa sih hobi lo pingsan? Nggak capek apa pingsan terus?"omel Alan.
"Woi, lan, gue baru bangun ni. Masak lo omelin sih? Nggak nawarin apa-apa ni?" sindir Altan.
Alan menghela nafas. Dia membantu Altan duduk lalu memberinya minum air putih. Matanya menatap prihatin. "Lo sakit apa sih, Al, kok sampe pingsan terus kek gini?" Altan hanya melirik karena dia masih minum. Setelah minum, dia lalu berkata, "berasa dirawat di rumah sakit aja gue.. Eh, lo beneran nggak mau jadi dokter, Lan?"
Alan mendengkus. Lagi-lagi Altan membanting topik di setiap dia bertanya tentang penyebab pingsannya.
Altan menyadari Alan yang hanya diam saja. Dia langsung berdehem, "Tipes gue kumat kek-nya. Kemarin gue sehabis kumpul osis, langsung bantu nyokap ngurus restorannya," Altan terlihat berpikir. "Terus gue tadi juga nggak sarapan." alibi Altan.
Alan menghembuskan nafas lega. "Lo sih keseringan nggak mau sarapan."
"Gentlemen, bos. Hehe."
Alan geleng-geleng kepala. "Kalo gitu mumpung masih istirahat, gue beliin bubur yak?"
Altan mengernyit, "gue lama yah pingsan?"
Alan memutar bola matanya,"menurut lo? Gue ke kantin dulu." pamit Alan.
"Lan, jangan bubur. Gue nggak suka. Lainnya aja yah!"
"Yaudah deh." Baru sampai depan pintu UKS, Dika datang dengan tangannya yang dimasukkan ke saku celananya. Mukanya tampak kusut.
"Haha.. Mampus lo. Matematika nol semua. Wakakak." tawa Alan.
"Sembarangan! Gue dapet empat lima yee.." Alan mengeraskan tawanya.
"Empat lima? Haha.. Kalo anak SMP pada liat, mereka pasti ketawa.."
Dika menimpuk kepala Alan dengan botol minyak kayu putih. "Tawa lo tu mirip miss kun." Alan kembali tertawa sembari keluar UKS.
Altan tersenyum melihat kelakuan kedua temannya. Dika yang melihat Altan senyum langsung bergidik.
"Al, lo baik-baik aja 'kan?"
"Lumayan baik lah. Masih pusing dikit."
Dika ber-oh ria, "makanya lo keliatan sinting..""Sinting? Gue tampol tu mulut ngomong ngawur."
"Abisnya lo senyam-senyum gaje kek cewek." Altan memutar bola matanya.
"Tadi ujian matematika yah?"tanya Altan.
"Heem. Gue mah heran sama lo. Baru bangun nanyain matematika. Seharusnya tu lo manfaatin kesempatan ini buat rebahan san-tuy.." Dika berbaring di kasur sebelah.
"Itu mah lo, lo sama gue be..-" seseorang masuk ke UKS dengan ngos-ngos an. Dika refleks duduk.
"Tatan nggak papa?" Siapa lagi jika bukan Ranin yang memanggil Altan dengan sebutan 'Tatan'.
Altan menatap datar Ranin. Tatapannya menyiratkan ketidaksukaan akan kedatangan Ranin. Dika yang menjawab.
"Altan baik-baik aja. Eh, lo manggil apa tadi, 'tatan'? Eh bukannya lo yang pernah ngebentak gue yah?"
Ranin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal mendengar serangan kecil dari Dika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...