Part 4

66 25 11
                                    

Btw, kalian tau coklat klasik, nggak? Kalo tau, kalian suka rasa apa? Tulis di komen ya, siapa tau samaan hehe.

Yokk.. Capcus buat Part 4 nya. Bantu nyari typo nya yak..

***

Setelah dari sebuah kedai, Ranin pulang dengan berjalan kaki. Sepeda motornya masih tertinggal di sekolah. Dan tak berniat untuk mengambilnya sekarang juga. Apa dia takut bertemu teman-temannya? Entahlah, Ranin mungkin terlalu malas untuk memgambilnya.

Selama perjalanan pulang, Ranin mengingat  kembali pada kejadian satu tahun lalu. Waktu dia masih kelas sepuluh.

"Kita sekelas percaya sama kemampuan lo, Nin."kata Dewa.

"Kita bakal dukung lo kok, Nin."tambah Ivory.

"Suara lo tu uda kek emas, Nin. Asli. Percaya deh ama gue. Gak usah ragu."Gabriel angkat bicara.

Ranin menatap semua. Mata mereka berusaha meyakinkan.

'Yah ini cuma lomba per kelas. Gue bisa' batin Ranin

"Oke gue sanggup."

Keesokkan harinya adalah penantian dari seluruh sekolah untuk melihat ajang unjuk bakat menyanyi, dance, atau model yang bakal ditampilkan murid-murid SMA Cendika Nusa itu. Hadiahnya cukup menarik yakni salah satunya bakal diajukan ke entertainment yang terkenal di Indonesia. Siapa sih yang nggak tertarik dengan kesempatan emas  begini? Yang baru kali ini diadakan di SMA Censa juga. Banyak yang mendaftar hanya untuk menginginkan hadiah tersebut.

"Peserta nomor sepuluh ini nggak kalah menarik gaess!! Dia bakal nge-dance pake nyanyi. Waw! Semua pada kepo kan? Yuk kita lihat bareng-bareng Ananda Meivanda dari kelas 10 IPS duuaa!!!"

Seorang cewek bertubuh bak model naik ke panggung diiringi tepuk tangan yang meriah.

Sedangkan di bangku deretan kelas 10 IPS 4.

"Uda ngeliat Ranin dateng gak?"

"Duh, Ranin kok gak dateng-dateng sihh!"

"Tau ni, ntar kelas kita di diskualifikasi jadi malu dong kelas kita. Kayak nggak tau aja sekolah ini tukang nyindir tingkat parah."

"Tau ni, ah! Ranin abis ini kan?!"

Sampai dance selesai dan MC  sudah blablabla, Ranin belum datang. Dan saat MC sudah memanggil nama Ranin, teman sekelas Ranin hanya bisa diam berharap Ranin cepat datang.

"Oke yah gaisss! Kita hitung sampe tiga.  Kalo gak dateng, maaf ni harus hangus. SATUU... "

"DUUAAA.."

"TII--..."

"GAAA" seru murid-murid lain.

"Yah maaf untuk kelas 10 IPS 4, kesempatan kalian hanguss."

Sontak murid-murid lain bersorak bermacam-macam. Ada yang "Yeee." Dan ada yang,"Huuu."

Mulai saat itulah kelas 10 IPS 4 dicap jelek.

"Eh, ini tu kelas yang takut nunjukkin bakatnya loh! Padahal kemaren tu, uda daftar..  malu-malu in tau. Hahaha.."

"Anak IPS 4 emang suka main-main yah!"

Ranin saat itu yang baru tiba di depan kelasnya, langsung bingung melihat para siswa-siswi lain menatap kelasnya dengan pandangan merendahkan.

"Pantes aja lah, mereka malu..  'kan uda sepaket sama malu-maluin."

"Gue jadi kepo deh, yang namanya Ranin-Ranin tu yang mana yah? Pasti yang paling malu tu!"

'Loh ada apa ini? Kenapa kakak kelas membicarakan kelasnya?' Ranin segera masuk kelas dan mendapati wajah-wajah muram dari teman-temannya. Tidak segembreng pasar seperti biasanya.

"Ada apa?"tanya Ranin hati-hati.

Tiba-tiba Naya melempar Ranin dengan bola kertas, "gara-gara lo. Semua gara-gara lo!!"

"Lo kemana aja kemaren, hah?!" Kali ini Gabriel yang berteriak.

Ranin menghela nafas, "sorry gais..  Gue kemaren ada urusan. Gue minta maaf..."

"Minta maaf? Semudah itu lo bilang? Kelas kita dicap jelek, Nin! Gue sih gak peduli mereka ngomong apa aja! Tapi yang paling  gue peduliin sekarang, urusan lo itu lebih penting mana?!" Dewa terlihat geram.

"Sorry, kemaren tu ada yang ngabarin, Ayah gue masih hidup, ternyata enggak ada!"jelas Ranin terlihat berkaca-kaca.

"Hoaks aja lo percaya!"timpal Danu.

"Lo nggak ngerti, mereka yang di kelas ini, jadi terlihat rendah tau nggak di mata anak kelas-kelas lain. Lo nggak liat, Naya sampai diputusin sama pacarnya. Seharusnya hanya lo yang nanggung ini semua! Tapi, kenapa harus kita yang nanggung,hah?!"teriak Dewa.

Ranin menghela nafas, hanya masalah sepele. Dan sangat sepele untuk Ranin tapi Ranin mendapat perlakuan yang tidak adil dari teman-temannya? Yang katanya dia anak pembawa sial lah, sok molor lah, dan blablabla. Padahal Ranin berharap teman-temannya memaafkannya.

Sampai di depan rumahnya, Ranin agak terkejut.

'Loh pager nya kok kebuka? Wah jangan-jangan ada maling ni'

Ranin bergegas masuk. Seketika dia tambah kaget.

'Pak Harun? Ngapain?'

Ranin mendekat dan mengucap salam.

"Assalamualaikum, Bapak nungguin saya?"tanya Ranin to the point.

"Wa'alaikumsalam. Bapak mau bicara. Ada waktu?" Beberapa detik Ranin terdiam sebelum akhirnya tersadar.

"Silahkan masuk, Pak, Kak." Yah, Pak Harun datang bersama Altan.

Ranin mempersilahkan duduk sedang dirinya nyelonong ke dapur membuatkan teh. Tak berapa lama, Ranin datang membawa nampan berisi dua cangkir teh.

"Maaf, Pak cemilannya belum beli."canda Ranin.

"Tidak usah repot-repot, Nak Ranin."

"Yaudah kalo begitu, silahkan diminum, Pak. Kak Altan silahkan diminum." Altan menjawab dengan senyum masam.

'Ni cowok jutek amat ama gue' dengus Ranin. Tak sengaja, Altan menatap Ranin yang sedang menatapnya sinis. Akhirnya mereka jadi adu mata. Saling pelototan tanpa sadar.

Sampe ngibarin bendera perang.

Sampe ngeluarin laser merah.

Eh, nggak segitunya ding.

"Sebelumnya Bapak mau tanya. Orang tua Nak Ranin ada?" Ranin memutus kontak dengan Altan dan sepenuhnya fokus ke Pak Harun.

"Orang tua saya? ... Saya... Emm.. Orang tua saya..."

"Bisa nggak diperjelas? Nggak 'saya', amm.. emm.. amm.. emm?"sahut Altan tak sabar.

Ranin menunduk."Orang tua saya, maksudnya Ibu saya... sudah meninggal."

***

Nah, buat yang mungkin nanya-nanya "kemana sih, ortunya Ranin nggak keliatan?" (Iya nggak pernah keliatan soalnya ortunya Ranin pake pakaian tembus pandang, wkwkw.) 👀 Niatnya mau ngelucu, eh malah kesannya nggak lucu. Hehe.
Balik lagi, nah uda ke-jawabkan mungkin yang lagi nanya. Kalo gaada yang nanya, yaudah buat info aja. But, buat infonya nggak terlalu lengkap, tenang ntar bakal dijelasin insyaallah di part lain . Tunggu aja yahh..

Okayy.. See you next part! Uwu!

Bad LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang