"Makasih Tatan buat hari ini. Gue seneng karna akhirnya gue bisa jalan sama lo,"
Dibalik helm-nya, Altan mengangguk tersenyum, "Buruan ganti baju, ntar masuk angin."
"Ciee perhatian.."
"Ciee baper.. Udalah gue keburu masuk angin juga, daahh duluan,"
"Dadah Tatan, ah andai lo imut terus kek gitu," gumam Ranin sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah. Tak menyadari bahwa ada seorang yang rela menunggu hampir sepuluh jam dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan hanya karena ingin pergi bersama.
Alan tersenyum miris mengingatnya. Baiklah dia memang bukan siapa-siapanya. Rela hujan-hujanan demi menunggu seseorang yang akhir-akhir ini sedang bersemayam dalam hatinya namun pada akhirnya, dia hanya disuguhi pemandangan yang membuatnya, kecewa? Entahlah, yang jelas dia begitu bodoh.
Tiba-tiba Altan datang duduk di kursi depannya. Ngomong-ngomong mereka berada di kantin sekarang.
"Lagi berhenti minum yoghurt?" tanya Altan memperhatikan tangan Alan yang hanya memutar-mutar tutup botol yoghurt tanpa berminat sedikitpun.
Alan membalas dengan senyum malas tanpa menatap Altan.
"Ada masalah sama nyokap? Sama Dewa lagi?" lanjut Altan memancing agar Alan bersuara. Bukankah biasanya Alan yang berkicau, mengapa jadi murung?
"Nggak ada," jawab Alan singkat.
"Gue bukan cewek yang bakal paksa lo terus buat buka mulut. Kalo lo punya problem sama gue, bilang sekarang juga! Gue hafal sikap lo Al," ujar Altan berubah dingin.
Alan terdiam beberapa menit sebelum akhirnya dia membuka suara, "Gue tanya lo jawab jujur. Lo suka sama Ranin?" Alan menatap serius manik Altan.
Ditanya seperti itu, pandangan Altan tetap datar, "Nggak!" jawabnya pasti.
"Lo suka sama Ranin kan?" balik Altan.
Alan menghela nafas, "Gue nggak suka sama dia, cuma nyaman aja kalo lagi sama dia."
"Tapi lo cemburu kalo gue deket Ranin?" tebak Altan.
"Jujur aja iya," jawaban Alan entah kenapa jujur saja membuat Altan tidak nyaman. Ada perasaan tidak rela di hatinya.
"Lo sekarang bilang nggak suka sama Ranin, bisa aja kemudian lo suka sama Ranin. Atau lo emang uda suka sama Ranin tapi lo gengsi mau ngungkapin. Kalo suka bilang, jangan sampai keduluan orang lain." Altan bangkit dari duduknya.
"Gue juga orang loh Al. Gue bisa bilang sekarang nggak suka tapi besoknya langsung suka. Nggak ada yang tau semenit kemudian perasaan akan berubah seperti apa. Jangan nyesel kalo gue duluan," tambah Altan lalu pergi meninggalkan Alan yang kini jadi berpikir kembali.
***
Seperti biasa, sebelum Ranin pulang, dia selalu mampir ke loker nya hanya sekedar meninggalkan buku tebalnya. Males banget bawa pulang kembali. Namun baru saja membuka pintu loker, Ranin dikejutkan dengan isinya. Menahan pekikannya- mengingat masih banyak siswa yang berkeliaran- tangan Ranin meskipun gemetar, menyentuh pelan benda kenyal yang melingkar penuh itu.
'Shit, bangkai ular,'
Dia menoleh ke kanan kiri tuk memastikan siapa yang berani menaruh bangkai ular di lokernya meski tau hal itu tak mendapatkan hasil karena sudah dipastikan si pelaku kabur duluan.
Ting!
Ranin mengecek ponselnya yang berbunyi menandakan sms masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...