"Bagaimana Mama tega mengusir anak kandung Mama? Kamu hidup di dalam perut Mama. Kamu kecampur sama darah Mama. Dan yang harus kamu inget, cuma orang tua gila yang tega mengusir anaknya. Mama jelas nggak mau jadi bagian dari itu."
***
"
Assalamualaikum," salam Alan datar seraya masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaikumsalam," jawab Lana, ibunda Alan.
Tanpa menghiraukan Mamanya yang sedang khusyuk membaca majalah modelling di sofa ruang tengah, Alan langsung naik ke lantai dua.
"Pulang sekolah tadi, kamu nggak bareng adikmu, kak?" Alan yang sudah di separuh tangga, berhenti.
"Kayaknya Alan nggak punya adik deh, Ma." Alan menyipit menatap Lana.
"Alan!" sentak Lana tak lagi menghiraukan majalahnya.
"Hm."
"Harus Mama jelaskan lagi biar kamu paham?!"
"Nggak perlu repot-repot, Ma! Alan uda ngerti!"
"Kalo uda ngerti kenapa kamu nggak terima kenyataannya?"
"Kenyataan Mama selingkuh sama Om Yanuar?" Skakmat. Lana terdiam menatap geram anaknya.
"Kenyataan kalo Mama ninggalin Papa dan lebih milih sama sahabatnya Papa?"
"Kenyataan yang Mama berikan itu, terlalu sakit buat Alan, Ma!" desis Alan.
"Kamu nggak ngerti perasaan Mama.."
"Mama juga nggak ngerti perasaan Alan! Alan masih butuh seorang ayah, Ma. Kalo ayah Alan udah meninggal, Alan maklum kok. Tapi kalo ayah Alan masih hidup? Sama aja Mama uda misahin seorang anak sama ayahnya!"
"Kamu sekarang masih punya ayah, Alan! Ayah kamu Yanuar bukan lagi Fatur. Ngerti nggak sih kamu?!"
"Alan nggak punya hubungan darah sama Om Yanuar. Dia.bukan.ayah Alan. Nggak peduli kalo Mama uda kepincut sama dia." tekan Alan.
Kemarahan Lana yang berada di ubun-ubun seketika meledak.
"Kepincut?! Kamu kira Mama wanita murahan?!!"
"Buktinya jelas, Mama milih nikah sama dia! Alan ngerti istri Om Yanuar uda meninggal dan Dewa masih butuh perhatian seorang ibu. Alan ngerti, Mama kasihan. Tapi cara Mama salah! Mama lebih milih ninggalin Papa demi orang kayak dia!! Kenapa? Apa karena dia pemilik hotel terkenal se-Indonesia? Makanya Mama kepincut? Atau dia pergi ke dukun buat ngejampi-jampi Mama?"
"Alan! Keterlaluan kamu!! Kamu disini ngikut Papa Yanuar. Jaga ucapan kamu!"
"Kalo Mama pengen aku ngikut Papa, Alan berangkat sekarang kok, Ma!" Alan berbalik. Kaki kanannya terangkat.
"Kamu tega ninggalin Mama sendiri?" isak Lana. Alan berdecap, drama apa lagi ini?
"Mama ngelakuin ini buat kamu, Alan. Mama bener-bener sakit denger kamu ngomong begitu."
"Kalo gitu, ayo Ma usir Alan sekarang! Biar Mama nggak sakit lagi." Oke. Mungkin apa yang dilakukan Alan memang sungguh keterlaluan. Namun bagaimana bisa ia menahan rasa sakit di dadanya yang kian meronta? Harus berapa kali lagi Alan mengesampingkan egonya? Tolong, Alan benar-benar butuh untuk sesekali tidak mengesampingkan egonya. Dia ingin mengeluarkan kekecewaan hatinya. Itu saja!
"Bagaimana Mama tega mengusir anak kandung Mama? Kamu hidup di dalam perut Mama. Kamu kecampur sama darah Mama. Dan yang harus kamu inget, cuma orang tua gila yang tega mengusir anaknya. Mama jelas nggak mau jadi bagian dari itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...