Part 18

24 5 0
                                    

Sekali lagi Alan mengecek jam tangannya. Dan entah untuk yang keberapa kalinya.

'Apa Ranin nyasar ya?'

Alan mengeluarkan ponselnya.

Alan:
Ran..-

Tiba-tiba Ranin datang dengan wajah kemerahan. Bahkan nafasnya terbilang ngos-ngosan. Dia memegang lututnya dan mengatur nafasnya.

"S..sor-ry.. Gue.. Telat.." Ranin masih ngos-ngosan.

"Lo mah kerajinan telat ya.."

"Eh fitnah lo! Ya bener juga si," Ranin meringis. Lalu dia duduk selonjoran di samping Alan. Alan menyodorkan sebotol yoghurt.

"Buat gue ni?" Alan menatap Ranin prihatin.

"Nggak, tolong beriin noh, ke cewek yang lagi ngeliatin kita." Ranin menoleh ke kanan. Dan menemukan dua gadis yang ketahuan sedang melihat dirinya. Eh ralat, ke Alan maksudnya. Kedua gadis itu mengangguk tersenyum ke Ranin. Ranin membalasnya.

"Oh cewek itu.. Yang mana? Yang pake topi pink apa yang pake topi mangkok kebalik itu?"

Alan tampak berpikir, "Yang .. lagi duduk di samping gue deh.." Ranin tersenyum senang lalu menyambar minumannya. Dan menghabiskannya sekali teguk.

"Buset.. Lo kayak abis lari marathon aja deng."

"Hehe.. Capek bener anjrit.." Ranin meregangkan ototnya.

"Abisnya kenapa lari-lari? Motor lo mana?"

"Gue bawa ke pegadaian. Ya di parkir lah dodol!"

"Kirain lo nekat lari kesini.."

"Idih.. Mending ngawang gue.."

"Temennya suster nyeret, dong?"

"Heh? Nyeret paan?"

"Nyeret pantatnya, lah."

"Eh kirain nyeret sampah di jalanan.." balas Ranin asal lalu tertawa kecil bersama Alan.

"Susternya ganti profesi jadi tukang nyeret sampah, dong.." Alan terbahak.

"Nggak nyeret sampah doang. Aspal-aspalnya ikut keseret njirr.."

"Makanya kakinya jadi bulukan gitu ya.."

"Kek dipoles adonan semen.."

"Hahaha.." Mereka berdua kembali tertawa.

"Bego banget kita. Garing sumpah.." ujar Ranin di sisa tawanya.

"Itulah yang namanya bahagia itu sederhana." balas Alan.

"Bener banget." Mereka mulai memelankan tawanya dan terdiam. Mengalihkan pandangan pada orang-orang yang berlalu lalang jogging atau bersepeda. Keadaan di taman hari ini sungguh ramai beraktifitas masing-masing.

"Jadi.. Lo mau tanya apa?" tanya Alan memecahkan kebisuan diantara mereka.

"Oh itu, gue mau tanya.." Ranin menatap serius manik mata Alan. Membuat jantung Alan jadi senam aerobik.

'Pliss Tuhan.. Volume jantungnya bisa minta tolong dikecilin nggak? Ntar kalo Ranin denger  gimana?'

"Jadi.. Gue mau tan..- eh, lo kok tegang gitu sih? Lo sakit?" Ranin meletakkan telapak tangannya pada dahi Alan. Wajah Alan makin memerah.

"Lo kok keringeten gitu sih? Kayaknya daritadi lo duduk doang deh!" Alan menepis pelan tangan Ranin.

"Gue nggak papa. Lo mau tanya apa si? Cepetan!"

Bad LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang