Part 41

17 2 0
                                    

Hai aku kambek..

Happy reading yaa..

***

Ranin menyapukan pandangannya ke ruangan yang bernuansa putih kini dengan mata yang berbinar lega. Senyumnya bahkan tak luntur dari satu menit yang lalu.

"Beneran sudah baikan kan, sayang?" tanya Lana melirik Ranin. Sedangkan itu Lana masih sibuk memasukkan pakaian Ranin ke dalam tas.

"Sudah tante. Makasih tante."

"Kalo ada apa-apa jangan sungkan untuk kasih tau keluarga kami. Sekarang kamu juga keluarga kami." ujar Yanuar tersenyum.

"Makasih om. Om udah bantu banyak."

Yanuar hanya tersenyum. Lalu melihat Lana yang sudah beres, Yanuar bangkit dari duduknya. "Kamu tunggu sebentar ya, om sama tante mau ngurus administrasi nya dulu."

"Iya om."

"Sebentar ya Ranin."

Ranin mengiyakan.

Tepat dengan keluarnya pasutri tersebut, kini Dika cs masuk ke ruang Ranin. Tau-tau ketika masuk, Dika langsung menghambur memeluk Ranin erat.

"Wihh.. Seneng banget rasanya si bocil udah mulai aktif."

"Le-lep-as! Eng-ap gob-lok!" Sadar bahwa dirinya memeluk terlalu erat, Dika pun melepasnya. Lalu tertawa renyah.

Kini gantian Altan menepuk pelan kepala Ranin. "Awas lo bolos an lagi."

Ranin tersenyum manja. "Nggak lagi, suer."

Alan yang melihatnya langsung berdeham. Karena peka, Altan akhirnya agak menjaga jarak dengan Ranin.

"Makasih Alann.. Makasih semuanya. Duh nggak nyangka deh bisa ketemu orang sebaik kalian semua. Dewa mana?" tanya Ranin celingukan mencari sosok si cowok badboy tersebut.

"Masih di sekolah kali. Mana tau." cuek Alan.

"Tatan lo yang anterin gue ke rumah yaa.." pinta Ranin dengan senyum lebar.

Altan melirik Alan yang sudah memasang lampu merah.

"Ngg.. Gue ada urusan. Lo..-"

"Biar Al aja yang anter. Ya?" Alan mengode lewat matanya. Memberitahu bahwa Ranin lebih senang jika diantar Altan pulang.

"Oke."

Jawaban Altan sukses membuat Ranin bersorak gembira.

"Kita foto dulu, yuk!" ajak Dika sudah menyiapkan hape apel separuhnya itu.

"Ayoo.." sahut Ranin gembira.

"Lan, lo kan fotografer, lo yang bawa hape nya." ujar Dika menyerahkan ponselnya. Alan pun menerimanya kemudian bersiap memotret.

Ranin menarik lengan Altan agar lebih dekat dengannya. Melihatnya, Alan tak mau kalah, dia mendesakkan tubuhnya diantara Ranin dan Dika. Dika berdecak sebal.

"Satu.."

"Dua.."

"Tatan senyum dong.."

"Tiga.."

Cekrek..

"Lagi-lagi." Semangat Ranin.

Mereka pun asyik foto sampai banyak. Apalagi ketika Dewa datang, suasana tambah gedebukan. Mereka foto bersama dengan posisi yang diganti-ganti dan pose yang seunyu mungkin.

Ada foto dimana Ranin merengut karena Dika mengacak rambutnya. Ada foto Ranin ketika menatap Altan kagum dari samping. Ada foto Ranin yang menggandeng tangan Altan dan Alan erat. Ada foto dimana Ranin menjahili Dewa. Yang intinya, hari itu adalah hari bahagia dan hari terseru bagi Ranin.

Bad LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang