Uda kangen..
Yok.. Gercep..
"Segala kemanisan itu bisa bikin sakit diabetes."
-Ranin Anastasia V***
"Al tungguin!" teriak Dika berlari mengikuti Altan yang sudah berhenti berjalan begitu mendengar teriakan Dika.
Sampai di samping Altan, Dika merangkul Altan lalu berjalan beriringan. "Al, TO kali ini gue kok deg-deg an yah?"
Altan mengangkat bahunya acuh.
Menyadari tak ada respon, Dika mengganti topik. "Hari Rabo kemarin lo bolos ya?"
"Iya."
"Ha? Yang bener lo? Tumben. Terus yang hari-hari selanjutnya itu? Bolos juga?"
Agak setengah berpikir Altan menjawab. Namun ia akhirnya cuma meresponnya dengan 'hm.'
"Gile bro. Kenapa lo nggak ajak gue?"
"Ngajak lo nggak berfaedah." Celetuk yang di belakang. Tanpa Dika menoleh pun, Dika sudah tau itu siapa.
"Nyambar aja lu. Iri?"
"Ye sori dori wori.." Alan berjalan di samping kiri Altan.
"Darimana?" tanya Altan.
"Dari kantin. Mau nggak?" Alan menawari snack yang dimakannya sekarang.
"Gile lu Lan makan mulu tapi perut nggak buncit-buncit heran deh gue." komen Dika.
Alan tersenyum memperlihatkan lesung pipinya, "Iya dong perut karet."
"Ketua fotografi masih lo?" Altan kembali bertanya. Banting topik.
"Iya. Masih gamau aja yang murid-murid baru itu."
"Kenapa nggak lo serahin aja ke Wanda? Gue liat-liat kalian deket kalo ada projek." Saran Dika.
"Gue tau Wanda cuma masuk ekskul fotografi soalnya ada gue. Lo tau sendiri kan waktu dia kelas sepuluh secara terang-terangan dia nembak gue?"
"Mm."
"Kenapa nggak lo keluarin aja?" Usul Dika.
"Nggak deh. Biarin aja. Males gue." Tutup Alan melanjutkan mengunyah snacknya.
Mereka bertiga kembali melanjutkan langkah mereka menuju gedung belakang sekolah yang khusus digunakan jika ada ujian-ujian kelas 12 seperti ini. Dikarenakan keadaan yang sejuk dan tentunya jauh dari keramaian.
Sampai di lorong menuju gedung belakang, mereka bertiga berpapasan dengan adik kelas perempuan yang sangat-sangat jelas mereka kenali.
"Hai Ran!" Sapa Dika pertama kali. Sedangkan Altan masih terdiam. Apalagi Alan yang jelas-jelas terkejut melihat Ranin. Ranin berhenti dan tersenyum ala kadarnya.
"Hai kak."
"Abis darimana?"
"Abis dari kelas belakang."
"Ngapain?"
"Ah urusan bentar sama kakel."
"Lo nggak diapa-apain kan sama mereka?" Sambar Altan khawatir.
"Nggak kok."
"Cielah.. Yang mulai khawatir ni.. Ciyee.." goda Dika. Sedangkan itu Alan masih bingung. Pandangannya beralih dari Ranin ke Altan.
Ranin tersenyum paksa. Altan tau itu.
"Kalo gitu gue pamit ke kelas ya. Tatan, kak Dika.. dan Kak Alan." Ranin tersenyum menyapa Alan. Alan membalasnya tersenyum dan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...