Part 24

24 4 0
                                    

Salam readers..
Karna author nunggu mood buat update jadi baru sekarang bisa update. Kuy lah gercep. Typo bisa dikoreksi..

Tadaa..

***

"Diamku bukan berarti sebuah kekalahan. Diamku adalah sebuah jawaban bahwa aku sedang mengalah bukan kalah."
-Galen Farzan Alano-

***

"Gue tunggu sini," ucap Altan setelah Alan turun dari motor Altan.

"Nggak mau masuk?"

"Enggak. Lagi rame."

"Oh yaudah gue masuk dulu bentar." Alan lalu berlari kecil masuk ke tenda penjual ansle.

Sambil menunggu Alan, Altan mengeluarkan ponselnya dan memainkannya.

Srek.. Srek

Terdengar suara langkah yang diseret sengaja sehingga terdengar deritan sandal membuat Altan memalingkan diri dari ponselnya.

Ranin.

Ranin dengan langkah malas mendekat ke Altan. Ralat sepertinya Ranin juga ingin membeli ansle. Namun berhubung Altan di depan tenda, sudah pasti mereka bakal bertemu. Akhirnya Altan kembali menunduk memainkan ponselnya.

"Eh Tatan. Ngapain?" Seru Ranin dengan nada ceria. Altan melirik sebentar. Tampak tidak minat menjawab pertanyaan Ranin.

Rupanya Ranin paham. Jadi dia akhirnya mengubah sapaannya.

"Kak Altan nggak masuk?"

Altan diam.

"Oh ya Kak, boneka pandanya yang kemarin gue namain Alrin Altan-Ranin. Setuju nggak? Namanya emang aneh si ta..-" ucapan Ranin terpotong oleh seseorang yang baru datang dan lalu menyapa Altan.

"An-andra?" Altan menoleh dan tersenyum.

"Wah.. Kebetulan banget kita ketemu. Masih inget kan? Gue Cindy." Cindy tersenyum lebar saking senangnya.

"Inget kok. Panggil gue Altan aja btw." Kata Altan hangat.

Ranin kicep. Dia salah apa? Nggak jelas banget kan tiba-tiba Altan berubah dingin kepadanya? Padahal dengan orang lain aja Altan biasa-biasa saja. Padahal interaksi keduanya juga baru sekarang. Aneh bukan?

"Kesini sendiri Cin?"

"Iya. Gue bawa mobil tadi mau jalan-jalan sebentar cari angin. Eh taunya ketemu lo."

Altan tertawa kecil.

Terlihat akrab untuk seorang Altan Abiandra.

"Eh btw lo kakel gue yaa.. Aduh maaf ni jadi gak sopan manggil lo sesukanya."

"Santai aja."

"Tapi omong-omong kita seumuran kok. Gue baru sekolah di sekolahan asli dan gue mulai lagi di kelas sebelas."

"Eumm gitu.."

'Oh Tuhan.. Ngapain juga gue disini jadi obat nyamuk. Bukannya gue laper? Ish.. Dasar.' Tanpa pamit Ranin masuk tenda dengan kasar. Perasaan aneh merayapi hatinya.

Bruk..

"Aduh maaf mas.. Nggak sengaja.." ucap Ranin penuh sesal. Mas-mas yang ditabraknya itu mendongak.

"Ranin?"

"Eh, kak Alan?"

"Kak? Paan si lo. Panggil biasa aja." Kata Alan.

Bad LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang