Keesokan harinya.
Ranin terlihat pasrah saat tau sang 'ketos' tengah mengabsen murid-murid terlambat. Padahal tadi Ranin sudah begitu cepat berangkat sekolah sampai dia rela tidak mandi. Ranin menuntun pelan sepeda motornya dengan bibir merengut.
Altan menatap datar dan dibalas Ranin dengan tatapan memelas.
"Parkir!" suruh Altan.
Tanpa disuruh dua kali, Ranin memakirkan sepedanya di tempat parkir lantas menghampiri Altan.
Altan berdecak kesal saat tau Ranin masih pakai sandal jepit. Ulangi sandal jepit!
"Pelanggaran datang terlambat dan tidak memakai atribut sekolah lengkap. Hukuman hormat bendera sampai dzuhur!"
Ranin mengernyit. Telunjuknya mengacung ke murid lain yang di hukum bersih-bersih halaman sekolah,"Kok hukumannya be.." Eh atribut gak lengkap? Ranin memeriksa seragamnya.
"Eh bener kok sekarang pake batik. Sabuk juga pake, tadi juga terus.." Ranin berhenti. Dia menengadah. Altan bedecak kesal dan meninggalkan Ranin yang muka-muka nelangsa.
Perut Ranin keroncongan.'Sial'
***
Lemas. Satu hal yang dipikirkan Ranin hanya satu. Lemas. Tangan kanannya--yang sedang hormat--sudah tidak tegak semula. Keringat dingin mulai keluar dari dahi juga tengkuknya. Ditambah dengan perutnya yang belum terisi dari kemarin, membuat bibi Ranin memucat.
Ranin melirik tangan kirinya, dan sialnya jam tangannya tertinggal.
'Kuat Ranin tinggal bentar lagi'
Ranin tak memedulikan kakak kelas yang sedang istirahat kini menatapnya dengan pandangan mengejek.
Dari lantai 2 atas, Altan mengernyit melihat ekspresi Ranin. Tanpa berfikir lama, Altan berlari menuju lapangan.
'Gue gak kuat' Ranin menggelengkan kepalanya. Dengan perlahan tangannya turun ke bawah dan tubuhnya melemas jatuh ke belakang. Sebelum mata Ranin tertutup, Ranin seseorang menangkap tubuhnya.
Ranin mengerjapkan matanya. Tak sengaja matanya melihat sosok manusia sedang duduk santai di kasur sebelahnya asyik main hape. Ranin bangun, cowok itu langsung menyimpan hape-nya.
"Badan lo panas. Mau ke rumah sakit?"
Alih-alih menjawab, Ranin malah bertanya,
"Sekarang jam berapa?"
"Jam lima." Altan menjawab dengan nada tak sabar.
Hah?! 'Uda waktunya pulang dongg!' Ranin cemberut.
"Jadi gimana? Mau ke rumah sakit?"
"Gue gapapa kok cuma sakit biasa." Ranin menyingkap selimut dan celingukkan mencari sepatunya. Tapi yang ditemuinya hanya sandal jepit.
Ranin menyipit.'Eh itu kek sandal gue yah?'"Kalo lo tau mau pingsan, kenapa lo gak minggir dulu?"
Ranin meringis,"Gue juga pengen tau kali rasanya pingsan kek gimana."
Altan mendengkus,"Kalo lo mau tau rasanya mati, lo bilang ke gue yah... Biar gue bawain pisau buat bunuh lo!" Selesai berkata sadis, Altan bergegas keluar UKS.
Ranin bergegas memakai sandalnya, dan berlari mengejar Altan.
"Makasih, kak!" Ranin berusaha menyamai langkah Altan yang tergesa-gesa.
Altan berbelok di ujung koridor sekolah menuju parkiran. Ranin mengikuti.
"Kak, denger nggak sih gue tadi ngomong apa?!"
Altan berhenti dan menatap Ranin tajam, "lo fikir, gue budek?!"
Ranin mengangkat bahunya,"yaa.. siapa tau, lo butuh ke te-ha-te?"
Altan menggeleng, 'Cewek ngrepotin, gak jelas lagi!' Dia mengacuhkan Ranin dan bergegas menghampiri sepeda motornya dan menaikinnya.
"Woi, Tatan! Lo beneran budek yah? Gue bilang makasih!"
Altan menarik nafas kesal, "emang pernyataan harus selalu dijawab?"
Ranin menggaruk belakang kepalanya, "ya.. biar gue tau kalo Tatan denger." Kali ini Altan menghembuskan nafasnya kesal.
"Inget nama gue Altan. Bukan Tatan."
'emang orang utan apa?!' Tambah Altan dalam hati. Tangannya meraih helm full face -nya dan memakainya."Kenapa emangnya?! Kan keren gue panggil, Tatan. Muka lo mirip orang utan emang!"balas Ranin ketus. Dia menghampiri sepeda motornya yang ternyata tak jauh dari sepeda Altan.
Sebelum mengegas sepedanya, Altan berseru di balik helm-nya, "lo nggak nyadar, tas lo ketinggalan?" Setelah itu, Altan cepat mengegas motornya pergi.
Ranin yang awalnya mau memakai helm, jadi urung. Dia langsung berlari menuju UKS sembari mengomel.
"Ketua osis macam paan?! Nggak ramah sama sekali. Cowok kek beruang kutub utara aja ngapain dipilih? Dia jungkir balik baru kapok rasa--.."
Gubrak!
"Kok jadi gue yang kepleset sih, hah?! Kenapa? Mbah-mbah disini nggak mau ya saya jelekkin Tatan orang utan itu?"
Suara benda jatuh menghentikan omelan Ranin. Seketika Ranin langsung menegakkan badannya.
"Ampun loh, mbah! Nggak maksud gitu, saya khilaf deh, mbah! Jangan marah lagi yah."
Suara benda jatuh kedua kalinya. Ranin langsung menjerit, berdiri, dan berlari terbirit-birit menuju ruang UKS.
Sementara itu, seorang cowok yang sedang memunguti buku-bukunya di lantai langsung mengernyit, "tu cewek kenapa sih? Manggil mbah-mbah lagi! Emangnya dia mau cari pesugihan?!"
***
Hollaa.. Ketemu lagi di part 2 yang agak pendek yahh.. Gapapa sih, lumayan. Nah, si Tatan-nya uda nongol tuh. Kepo sama lanjutannya?
Dah ya, jumpa lagi di next part.
Skuyy, komennya banyakin. Soalnya kalo kalian komen, author -nya jadi semangat '65 hehe. Kalo readers juga udah lope-lope ama ni cerita, tinggal tekan simbol bintang pojok kiri. Okay??Eh btw, aku mau update nya setiap hari Senin atau Kamis. Jangan kelewatan yee 🙈 karena kemarin nggak up sekarang up nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...