Double update 🙈
***
"
Orang tua saya, maksudnya Ibu saya.. sudah meninggal."
"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Maaf Nak bapak nggak tau."tukas Pak Harun dengan nada tak enak. Kelihatan raut Altan berubah agak lunak.
"Katanya juga, kakek kamu juga meninggal sekarang?"tanya Altan. Menjaga sopan santun di depan guru dengan mengganti lo-gue menjadi aku-kamu.
Ranin seketika terkejut.
"Yah, makanya Bapak datang untuk melayat."
"Kakek saya sudah meninggal waktu saya kelas 6 SD."
"Tapi, kata temen sekelas kamu, kamu ditelpon katanya kakek kamu meninggal."bantah Altan.
Oh, jadi kata mereka. Ranin hanya manggut-manggut.
"Lalu kamu tadi bolos, Nak?"tanya Pak Harun.
"Maaf, Pak saya lagi ada masalah jadi ngebet pengen pulang."
"Lain kali jangan diulangi, Nak. Jadi, wali yang datang besok, Ayah kamu?"
Ranin kembali menunduk. Ada rasa tergores di dadanya dan entah itu apa.
"Ayah saya.. Ayah saya enggak ada di rumah, Pak."
"Urusan kerja?"tanya Pak Harun hati-hati.
Ranin menggeleng."Saya tidak tau Ayah saya dimana, Pak."
Kedua pria di depan Ranin terhenyak.
"Terus biaya hidup.. Yang nanggung?" Altan angkat suara.
"Saya kerja setelah pulang sekolah dan baru pulang pukul sepuluh malam. Itulah alasan mengapa saya sering bangun telat dan sering ketiduran di kelas."jelas Ranin kini kembali tersenyum. Padahal di dalam hatinya sudah berbisik, 'Semoga saja dapat keringanan semacam.. datang telat nggak di hukum.'
"Saudara dari Ayah atau Ibu ada?"
"Setau saya Ayah saya anak tunggal. Sedangkan Ibu saya memang mempunyai seorang kakak.. tapi.. kakak dari Ibu saya membenci Ayah saya termasuk, saya."
Seketika suasana berubah mengheningkan cipta.
"Ini tidak bisa di sepelekan,"gumam Pak Harun.
"Maksud Pak Harun?"tanya Ranin.
"Saya akan mengantar Ranin ke panti asuhan."Pak Harun menatap Ranin tegas.
Bibir Ranin terkunci rapat. Dia meremas-remas rok nya."Maaf Pak. Saya... tidak bisa."
Sebelum Pak Harun menimpali, Ranin segera menyerobot,"saya tidak akan meninggalkan rumah dari Ayah saya, Pak." Pak Harun mangap mau bicara tapi lagi-lagi Ranin menyerobotnya.
"Meskipun di panti sementara, saya tetap tidak mau, Pak! Meski saya harus kerja seharian, saya rela, Pak! Karena... saya yakin Ayah saya pasti pulang. Saya harus menunggunya, Pak. Selama apapun!" Bohong. Padahal Ranin makin hari makin ragu bahwa Ayah nya masih hidup. Tapi sampai kapanpun, Ranin tidak akan meninggalkan kenangan yang masih satu-satunya tersisa di tangannya.
"Tidak, kalau ini membuatmu jadi banting tulang kayak begini. Ranin, saya saja yang sudah tua, sering capek kerja. Apalagi kamu yang masih pelajar yang membutuhkan perlindungan tapi malah kerja begini?!"
"Saya mohon, pak, jangan memaksa saya. Saya tau, bapak perhatian sama saya. Tapi, mohon maaf pak, saya tidak bisa menerima tawaran bapak!"
"Tapi Ranin..."
"Benar, Pak, apa yang dikatakan Ranin. Siapa tahu Ayahnya nanti mencari Ranin."tambah Altan.
Dalam hati Ranin mengamininnya.
Pak Harun menghela nafas."Baiklah kalo ini kemauannya Ranin. Tapi, kalau ada apa-apa, Ranin bilang sama Bapak."
"Terima kasih, Pak."
Pak Harun menghabiskan sisa teh nya. Altan mengikuti. Tanda bahwa mereka akan pulang.
"Yaudah kalau begitu, Bapak pulang. Terima kasih teh nya. Oh yah soal surat panggilan itu, nanti biar saya jelaskan pada Bapak kepala sekolah. Saya pamit. Assalamualaikum."
Ranin menjawab dengan takzim dan mencium tangan Pak Harun. Baru Ranin akan menyalami Altan, Altan langsung beringsut menghindar.
Bibir Ranin cemberut,'aku kan cuma mau salaman.'
Ranin mengantar sampai pintu depan. Ketika mobil Pak Harun pergi, Ranin masuk ke dalam.
***
😵 Dikit yah? Nggak papa mending update iya nggak? Lagi dalam suasana yang nggak biasa. Hmm.. Bodo amat (kata Ranin).
Dah lah yah.. lanjut next part. Jangan lupa komen, subscribe, eh maksudnya tekan simbol bintang yang mojok tuu.. Sekali lagi, see you next part. Ni dapet lope-lope dari author 😷
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...