Kalian tim mana kalo pas hari Minggu:
1. Hunting bareng temen?
2. Ngedate bareng doi?
3. Pergi ke perpus kayak Ranin?
Atau..
4. Gedebak-gedebuk di kasur doang kayak si author?
***
"Semua itu punya hobi masing-masing. Punya hal favorit masing-masing. Semua itu pasti baik meski di mata orang lain itu aneh. Kalo lo diliatin kek gitu, pandangin balik 'emang hobi lo itu uda bener?'."***
Agar lebih cepat, Ranin akhirnya pergi ke perpustakaan umum yang berada di kota pusat itu dengan naik bus.
Sesampai di halte yang paling dekat dengan perpustakaan umum tersebut, Ranin turun dari bus dan melanjutkan perjalanan sisanya dengan jalan kaki. Sekitar 5 menit, akhirnya Ranin sampai. Dia langsung masuk dan menunjukkan ID cardnya sebagai member perpus tersebut ke sebuah layar sebesar ponsel. Setelah itu, baru Ranin melanjutkan menghampiri rak-rak tinggi berisi novel.
Di dekat ribuan buku disini, membuat Ranin nyaman. Andai saja kamarnya terdapat perpustakaan pribadi berisi khusus novel. Inget, khusus novel saja. Pasti, Ranin lebih betah di dalam kamarnya. Pikir Ranin. Entah apa yang membuat Ranin sebegitu cintanya pada novel sampai-sampai jika ada soal yang menyangkut tentang novel, Ranin yang paling semangat mengerjakan. Lain halnya jika berhubungan rumus-rumus yang katanya- bikin perut mulas- atau jika berhubungan dengan sejarah manusia purba, Ranin bakal milih semaput ketimbang harus berkutat dengan hal yang membuat otaknya seketika nge- blank.
Setelah menyusuri buku yang diincarnya dan menemukannya, tangan Ranin sudah siap menarik buku itu dari barisan novel lainnya ketika tangan seseorang juga akan mengambil novel yang sama.
Ranin refleks menoleh. Seketika tercium parfum vanilla dari sosok cowok yang ikut menatap Ranin. Agak salah tingkah, Ranin menurunkan tangannya. Cowok itu mengambil novelnya dan tiba-tiba mengangsurkan ke Ranin.
"Mas mau pinjam? Pinjem aja dulu gak papa." tolak Ranin.
"Ngg.. mbak duluan aja deh. Saya bisa setelah mbak." balas cowok itu ramah. Melihat kesungguhan di mata cowok itu, akhirnya Ranin menerima.
"Beneran, ni?" Cowok itu mengangguk.
"Kalo begitu, saya duluan mas."
"Silahkan, mbak." Ranin beranjak. Sekilas dia melirik sebuah kamera ber-merk yang dikalungkan di lehernya.
'Fotografer? Keren!'
Ranin memilih membaca di meja panjang yang sudah disediakan yang salah satunya berada di dekat jendela besar. Di jendela besar itulah Ranin bebas melihat aktivitas di luar sana. Setelah memasang earphone di telinganya, Ranin mulai asyik dengan dunianya. Baru membaca 4 halaman, Ranin dikejutkan oleh sapaan orang. Dia mendongak. Ternyata cowok yang tadi. Ranin melepas earphonenya dan tersenyum.
"Saya boleh gabung nggak, mbak?"tanya cowok itu. Belum sempat merespon, cowok itu menyambung, "soalnya saya butuh background untuk ngambil foto." jelas cowok itu seraya menunjukkan tumpukan buku di lengannya.
"Silahkan, mas!" Setelah dipersilahkan, cowok itu ambil duduk di depan Ranin dan tangannya mulai sibuk menata buku yang dibawanya. Sejenak Ranin pun mulai sibuk juga dengan novelnya.
Cklik
Perhatian Ranin sukses mengarah ke depannya. Cowok itu yang menyadarinya langsung tersenyum malu.
"Ganggu ya, mbak?"
"Ah, enggak kok!" Untuk mencairkan suasana, Ranin mulai bertanya sok akrab, "mas, fotografer yah?"
"Hm.. bisa dibilang iya, bisa dibilang enggak sih.." Ranin mengernyit. Tapi, cowok itu cepat-cepat meralatnya,"saya ikut ekskul fotografi di sekolah."jelasnya.
Ranin ber-oh ria. "jadi ini buat tugas?"
"Yah... Iya sih."
"Kalo boleh saran ya, mas, menurutku nata nya gini aja.." Tangan Ranin berkutat menata buku."Coba deh mas foto." Ranin menggeser pantatnya sedikit memberikan background buku-buku di rak. Cowok itu mulai memfokuskan objek.
Suara kamera kembali terdengar. Cowok itu mengecek hasilnya dan tersenyum memperlihatkan dua lesung pipinya yang dalam.
"Bagus, mbak! Jadi keliatan lebih rapi,"cowok itu memperlihatkan hasilnya ke Ranin. "Iya, bener juga."
"Makasih yah." Ranin membalasnya dengan senyum. Sempat terpesona dengan senyuman cowok itu.
"Oh ya! Gue rasa kita ngomongnya gak usah pake bahasa formal yah! Soalnya gue nggak nyaman, kayaknya kita seumuran, deh! "ujar cowok itu."manggilnya, pake lo-gue aja ya?"
"Serah mas nya."
"Jangan panggil 'mas', gue Galen Farzan Alano, panggil aja Alan."
***
Jeng-jeng!!! Ranin ketemu cowok manis tu... Kira-kira bakal Ranin embat kagak ya? Kuyy.. See you next part :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...