"Ibarat teks observasi, kalo nggak sesuai faktanya nggak usah ditulis. Nggak usah sok tau kalo nggak mau nanggung resikonya."
-Altan Abiandra-***
"Eh eh itu cewek yang mukul bokapnya Meiva."
"Kok bisa disini si?"
"Liat mukanya aja uda enek gue."
"Punya muka dua ternyata."
Setiba Ranin di kelas 12 IPA 1, suara umpatan, cemoohan, dan semacamnyalah menyapa pendengarannya. Apalagi Ranin berdiri di muka kelas seperti sedang presentasi saja. Tentu saja Ranin menjadi objek utama para siswa-siswi yang kebetulan sedang di kelas.
Jika yang lain mendapat perlakuan seperti itu, pasti mereka akan menunduk menangis lalu memilih pergi menyendiri. Atau seenggaknya marah-marah lah dituduh begituan. Tapi beda dengan yang namanya Ranin. Ranin dengan santainya malah berjinjit mencari seseorang. Siapa lagi kalau bukan Altan.
"Dia mana sii.." gerutu Ranin.
Tiba-tiba Fildan mendekat ke Ranin. Melihat Ranin dari atas ke bawah dengan pandangan remeh.
"Cari siapa lo kesini?" tanyanya.
Dengan semangatnya Ranin menjawab cepat, "Tatan."
"Eh maksudnya kak Altan. Ada nggak?" ralat Ranin.
"Lo uda jadi cewek bar-bar sekarang nyalon jadi cewek ganjen ya lo!!" teriak Vanessa tak terima. Ya dong siapa yang terima kalo sang spik an dicariin cewek lain?
"Nggak. Gue enakan nyalonin jadi bu DPR aja," canda Ranin polos.
"Dasar sok polos." desis Dina.
"Berani banget lo ngelawan kakak kelas?" ujar Vanessa berdiri.
"Gue kan cuma becanda."
"Berani lo becanda sama kita-kita?" Niko ikut nimbrung.
"Kenapa enggak? Kalo itu bisa buat kita temenan, mau-mau aja kok gue." sahut Ranin tersenyum lebar. Yang membuat seisi kelas sontak tertawa.
"Kita? Temenan sama lo? Nes, tuh diajak temenan sama adek kelas sok," ujar Fildan.
Vanessa menyahuti, "Kita temenan sama lo? Ngaca dong! Gak punya kaca? Sini gue punya kaca pembesar buat lo." Vanessa maju berhadapan dengan Ranin. Tangannya memegang kaca riasnya- yang selalu dibawa ke sekolah- lalu dihadapkan pada muka Ranin.
"Liat muka nelangsa lo. Lo tu nggak diinginkan. Tau kenapa? Karna lo itu perusak. Semua orang sini tau kalo lo itu.. cewek bar-bar oh bukan tapi cewek terbar-bar.." Vanessa menatap Ranin licik.
"Cewek terbar-bar yang lagi reinkarnasi jadi sok polos. Luar lembut tapi di dalem kasar. Lo uda ngerusak hubungan orang lain. Lo ngerusak hubungan seorang anak dengan orang tuanya." Muka Ranin berubah pucat. Tapi dia cuma diam menggigit bibirnya yang ikut pucat.
Vanessa mendorong bahu Ranin kasar dengan telunjuknya. "Perempuan perusak." Ranin akhirnya berani menatap nanar Vanessa.
"Serendah itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...