"Selama gue bener, ngapain gue harus malu?"
***
Selesai praktek voli, Ranin merebahkan badannya di kursi taman. Sebuah pohon beringin menghalangi sinar matahari. Membuat Ranin tenang memejamkan matanya.
Bagi Ranin hari ini sungguh tak berjalan mulus. Ya enggaklah, emang pantat bayi, mulus? Absensinya yang ditulis bolos berakhir dengan hukuman membersihkan perpustakaan, baru masuk kelas dituntut Pak Suripto ujian geografi susulan, selesai ujian dipanggil ke ruang BK, lalu di ruang BK pemberian surat panggilan orang tua, lalu pas praktek voli pun, kepala Ranin terkena bola voli. Lah, kalo udah gitu, siapa yang nggak gegar otak?
Maka dari itu Ranin sekarang memilih tidur sebentar di bangku yang disediakan di lapangan basket daripada pergi ke kantin seperti yang lain. Toh, dia jarang ke kantin kalo nggak ada urusan. Males sama tatapan nyiyir dari murid lain. Tapi sayang, tiba-tiba sebuah benda menghantam keras perutnya.
Sial! Ranin seketika bangun dan menemukan sebuah bola basket di dekat kakinya. Ugh! Tadi bola voli sekarang bola basket kenapa nggak sekalian bola sepak? Seorang cowok berwajah tengil berlari menghampiri Ranin.
"Sorry gak sengaja. Sakit nggak?"tanya cowok itu sambil mengambil bola basket.
Ranin berdiri. "Ya sakitlah, Bambang!! Ini tu bola basket bukan kertas. Kalo main yang bener dong!!"
Dika menggaruk-garuk kepalanya.
"Gue kan uda minta maap."Baru akan mengomel lagi, seorang cowok datang menghampiri.
"Dik, temen-temen uda nungguin tuh! Lo kesana dulu gih." Dika mengangguk dan langsung berlari kecil kembali ke lapangan.
Altan menatap datar Ranin.
"Bisa gak santai aja ngeliatinnya?!"decak Ranin.
"Gue salut deh sama keberanian lo.."
Ranin fokus mendengarkan.
"Yang gak punya malu marahin kakak kelasnya."lanjut Altan.
"Gue gak akan malu kalo emang gue bener."
"Woy, Altan cepatan!" Teriak teman sekelas Altan.
Tanpa pamit, Altan langsung berbalik meninggalkan Ranin. Ranin juga. Dengan kesal, dia berjalan menuju kelasnya.
'Hari penuh kejutan, penuh sial, sial, sial, dan sial. Kenapa gue selalu sial? Kenapa harus gu..'
Racauan Ranin berhenti. Langkahnya juga berhenti saat tiba di bangkunya. Mejanya penuh dengan bunga-bunga layu dan sebuah foto dirinya sedang tertidur di kelas juga yang membuat Ranin seketika syok adalah ketika ia melihat tulisan di belakang fotonya.
'SELAMAT TINGGAL TEMAN KAMI. SEMOGA AMNESIA NYA CEPAT BERAKHIR'
"Apa-apa an..." Ranin membalikkan badannya. Seperti ada intruksi, sebagian murid kelas IPS 2 yang tidak di dalam kelas, menyeruak masuk. Yang pertama ada Dewa.
"Eh.. hai ingat gue nggak? Gue Sadewa Nugroho. Cowok yang paliiingg.. baik sama lo."kata Dewa dengan nada yang dibuat-buat. Bahkan Ranin benci dengan suara itu.
"Nama lo tu gak penting.. Yang penting tu kita tanyain dia. Dia inget nggak sama namanya?"sahut Gabriel.
Naya menimpali."Oh ya, Nin. Itu yang naruh bunga ide gue. Biar dramatis kek yang di Korea."
"Maksud kalian apa sih?"tanya Ranin masih tersenyum tawar menahan rasa ingin menangis.
"Eh dia masih inget!Gimana sih lo Ge!! Katanya kepalanya abis kepentok bola voli."seru Dewa kepada Gea yang sedang baca novel di bangkunya dan dibalas kedikan bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...