Part 25

20 4 0
                                    

Huft.. Alhamdulillah bisa up setelah kesekian kalinya berada di zona 'lagi males'. Hufftt..
Koreksi untuk typonya.

Yuk gercep..

***
"Untuk apa kecewa dengan seribu keburukan yang mereka buat kalau saja ada satu saja kebaikan yang pernah mereka lakukan namun berdampak besar bagi kita."
-Ranin Anastasia V-

***

"Ranin?"

Tanpa berpikir dua kali lipat, Alan merangsek maju meninggalkan Dika.

"Minggir lo woi!" Bentak Alan pada salah satu siswa yang menghalangi jalannya.

"Duh paan sih. Ganggu aja babi."

Dengan kasar Alan menarik kerah belakang seragam siswa tersebut dengan kuat. Sampai-sampai si siswa tertarik ke belakang.

"Minggir bangsat!" desis Alan. Tanpa menghiraukan lebih lanjut, Alan kembali merangsek maju. Tangannya ikut mendorong siswa-siswi yang berkerumun.

Sampai akhirnya ia di depan.

Dia berhenti melangkah.

Seharusnya dia harus segera menolong Ranin dari kejadian tak wajar ini. Seharusnya dia harus melindungi Ranin. Tapi yang sekarang ia lakukan cuma bisa berdiri melihat. Bukan karena dia jadi turut menonton. Bukan. Tapi alasannya adalah karena kini perempuan yang ingin dilindunginya sudah dilindungi oleh orang lain.

Oleh sahabatnya sendiri. Altan.

Jadi Alan cuma bisa berdiri ikut menonton tanpa bisa berbuat apa-apa.

"Maksud lo apa Mei?" geram Altan setelah membantu Ranin berdiri.

Muka Meiva berubah pucat. "Eh itu, gue.. Gue bantu Cindy buat bales den..-" Meiva menoleh ke kanan kiri mencari keberadaan Cindy.

"Apa? Lo mau cari alesan?"

"Nggk Kak! Beneran gue bantu Cindy." bela Meiva.

"Lagian kenapa si kak Altan selalu bela gembel macam dia?! Gembel gak guna aja!"

Altan membalas tatapan nyalang Meiva.

"Lagian kan kakak bukan ketos lagi. Ngapain si ikut campur?" Nada bicara Meiva turun. Takut mendapati tatapan tajam dari Altan.

"Emang cuma ketos yang berhak ikut campur?" Altan tersenyum miring.

"Selama ada yang hal salah, gue bakal ikut campur. Nggak nontonin doang." sindir Altan. Semua yang mendengar tentu saja langsung kicep.

Lalu mata Altan memindai sekitarnya. Matanya berhenti tiga detik saat menemukan Alan. Dan kemudian matanya berhenti di Meiva.

"Semuanya! Siap-siap dapat surat panggilan setelah ini." ancam Altan.

Tentu saja semuanya langsung memekik tertahan. Siapa sangka hanya bermodal nonton doang bisa dapat kena akibatnya juga? Kalau Juna- ketua osis baru- yang bilang si, mereka nggak bakal takut. Tapi kalau yang bicara seorang Altan Abiandra?
Tanpa respon lebih lanjut, Altan menarik lengan Ranin menjauh dari kerumunan yang berangsur-angsur bubar. Sampai akhirnya hanya tinggal Meiva dan Alan yang masing-masing cuma bisa berdiri kaku. Itupun dengan jarak 20 langkah.

"Kayaknya bakal ada drama cinta segitiga ni," celetuk seseorang di samping Alan. Alan meliriknya malas.

"Akhirnya lo nggak usah ngehalu di film-film atau di novel-novel gajelas lo itu ya. Kan sekarang uda bisa ngerasain yang lebih nyata." oceh Dewa yang sebenarnya bermaksud menyindir.

Bad LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang