Hai kambek..
Jang lupa muter mulmed...
#happyreadingguys..
***
Karena Ranin menolak ketika diajak ke restoran ataupun kafe, akhirnya disinilah mereka berdua. Duduk berhadapan di bangku depan minimarket dan ditemani masing-masing sebotol minuman kopi yang baru dibeli oleh Ranin atas suruhan Altan dan sekotak martabak telur yang masih mengepulkan asap karena baru dibeli Altan di gerobak yang mangkal di depan minimarket.
Ranin berdehem begitu melirik Altan yang masih saja menatapnya tajam dari tiga menit yang lalu. Dia meminum kembali kopi nya yang tinggal setengah.
"Tatan, lo mo ngomong apa sih? Gedek gue lo liatin pake mata laser lo." Ranin menempelkan bibirnya ke bibir botol kembali.
"Kerja dimana?" Pertanyaan singkat Altan sukses membuat Ranin tersedak tiba-tiba.
"M-mak-sud lo? Uhuk.. Uhuk.." tanya Ranin masih batuk-batuk akibat terkejut.
Altan menatap Ranin kecewa, "Kurang bersyukur apa lo sampe lo mutusin buat keluar dari restoran segede itu? Lo gue gampangin buat masuk kesana, kurang apa? Bayaran lo kurang?"
Mulut Ranin mangap ingin protes, namun Altan langsung menyela, seakan tidak mau memberikan kesempatan Ranin untuk membuka mulutnya.
"Sehebat apa lo, cari pekerjaan sampe lo mutusin keluar secara sukarelawan? Pekerjaan di Indonesia yang mau part time itu juga susah nyarinya, Nin! Seneng banget lo, kena masalah!" Altan menghembuskan nafasnya kasar.
"Udah? Pertanyaan gue, lo tau darimana kalo gue keluar?" tanya Ranin.
"Tiga hari lo nggak masuk, gue tanya ke Bang Saka, dan bang Saka bilang, lo di pecat. Akhirnya gue marah ke Mama kenapa beliau pecat lo dan beliau bilang kalo lo ngajuin surat pengunduran diri karena udah bosen lo!" tutur Altan kesal.
Diam-diam Ranin mendengkus dan tersenyum miring. Hebat juga tu tua bangka sandiwara di depan anaknya? Hei, biar Ranin kasih paham kalau sebenarnya, Ranin dipecat atas hal sepele, bukan karena ia mengundurkan diri. Ingat kan, waktu beliau ingin bicara dengan dirinya? Ternyata memang ia dipecat.
"Kenapa lo diem?"
"Gi..-"
"Oh ya, apa lo mau jauhin gue beneran? Punya dendam kesumat apa lo sama Mama? Atau..-"
"Kenapa lo peduli?" bentak Ranin.
Senyuman miring andalan Altan terpasang. Dia mengalihkan tatapannya.
"Shit! Kurang jelas waktu itu, kalo gue nggak mau jauh sama lo?"
"Urusan lo apa? Dan urusan gue apa? Kenapa lo mau deket sama gue padahal lo nggak suka sama gue? Ngapain lo nggak mau jauh sama gue padahal dulu lo ngehindarin gue terus? Apa hubungan kita?" Ranin tersengal begitu pertanyaan beruntunnya keluar dengan emosi yang menyertainya. Sumpah, Ranin berasa ingin marah saat ini.
Altan terdiam.
"Tatan,"
"Tatan!"
"Kak Al?"
"KAK ALTAN!"
"KARENA LO ALASAN GUE MAU MEMPERTAHANKAN HIDUP GUE!"
Ting!
Ponsel Ranin berbunyi. Untuk mengalihkan sejenak, Ranin mengecek ponselnya.
Unknown:
Jauhin Altan skrng!
Atau gue bkl main skrng?
Jang main-main sm gue!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...