"Secinta-cinta nya lo ke cewek, sahabat itu lebih penting. Paham?! Lo lo pada pasti uda pernah denger kata-kata itu kan? Nggak percaya, buktiin!"
-Dika Ananta-***
K
ringg..
Bel pulang berbunyi. Surga dunia dong bagi para pelajar!
"Baik pelajaran saya akhiri. Kerjakan tugas halaman seratus empat ya.. Besok dikumpulkan." pesan Bu Yahya di kelas 12 IPA 1. Serentak para siswa mengiyakan. Iya-iya terpaksa maksudnya.
"Baiklah mumpung saya adalah wali kelas disini, saya ingin mengumumkan hasil try out bulan ini," Pengumuman tersebut berhasil membuat keadaan kelas yang tadinya ramai jadi sunyi. Semua saling berbisik pelan.
"Kabar bahagianya nilai tertinggi paralel diraih oleh kelas kita. Tepuk tangan!" Semua bertepuk tangan meriah.
"Dan yang meraihnya yaitu..," Semua siswa memajukan tubuhnya, menyingkap rambut masing-masing bagi yang cewek, biar kedengeran.
"Yaitu rahasia. Besok kalian lihat di mading. Sekian terima kasih. Hati-hati di jalan." lanjut Bu Yahya langsung kabur sebelum kena demo.
Seruan penyesalan berkoar di kelas tersebut.
"Siapa lagi kalo bukan, Al ya nggak?" tanya Dika meminta persetujuan dari Alan.
"Yaiyalah siapa lagi kalo bukan Al." Alan menoleh ke Altan. Altan mengangkat bahunya acuh.
"Nggak usah ngarep ya gais.. Pastinya Altan yang peringkat satu." kata Vanessa bangga sambil berdiri di bangkunya.
"Ya dong. Altan the best pokoknya. Udah ganteng, pinter, duuhh.. Calon imam deh," tambah Gita.
"Yee apa lu muji-muji Altan. Cuma gue yang boleh muji Altan," balas Vanessa.
Tanpa aba-aba, Semua bertepuk tangan seraya menyerukan nama 'Altan Altan'.
Altan menghela nafas sebal. Dia langsung bangkit memakai tasnya lalu pergi. Diikuti Alan dan Dika.
"Ada acara nggak abis ini?" tanya Alan.
"Gue? Nggak ada tu," jawab Dika.
"Kencan yuk! Boring di rumah."
"Kencan kencan kakimu," ketus Dika.
"Istilah jaman now."
"Heleh."
"Yuk Al! Kali ini ke rumahnya Dika. Bosen kalo ke rumah Al terus." ungkap Alan.
"Eh nggak bisa nggak bisa!" sahut Dika. Alan langsung menatap aneh ke arah Dika.
"M-maksudnya.. Nggak bisa sekarang, karna..-"
"Di rumah ada arisan? Repot," potong Alan.
"Hehe yaa ituu," Dika menggaruk pangkal hidungnya yang tidak gatal.
"Perasaan arisan mulu di rumah lo."
"Yaiya dong. Anaknya tenar, maknya juga tenar dong." sombong Dika.
"Serah lu. Ke rumah lo ya Al?" tanya Alan minta ijin ke Altan yang daritadi hanya diam. Entah menyimak entah tidak. Sampai di bawah tangga, Altan berhenti lalu menjawab,
"Kalian duluan aja. Gue ada perlu bentar," pamit Altan.
"Sama Ranin?" tebak Dika keceplosan. Membuat Alan terkejut.
"Hm. Kok lo tau?"
Dika terlihat langsung gelagapan, "Eh itu.. Itu.. Itu Ranin." Tangan Dika menunjuk Ranin yang berjalan mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...