Salam para readers..
Uda siap baca?
Kuyy gasskeun..
***
"Percuma otak pinter tapi nggak punya sahabat. Emang lo bisa hidup sendiri tanpa sahabat? Otak pinter gaada gunanya kalo gaada yang ikut ngehargain. Dan bukankah cuma sahabat yang bisa ngehargain lo?"
-Dika Ananta-***
"Gimana hasil pemeriksaannya, kak?" tanya Risma ketika Altan masuk rumah.
"Papa yang tau,"
"Terus Papa mana?"
"Ke kantor." Risma ber-oh ria lalu tersenyum.
"Tadi Meiva kesini."
"Biarin." balas Altan cuek.
"Kamu tu nggak peka-peka aja, ah! Yaudah kalo gitu Mama ke resto dulu. Kamu di rumah aja yah."
Altan mengangguk. Risma hanya bisa tersenyum lalu berderap pergi.
Selepas kepergian Risma, Altan naik ke lantai atas menuju kamarnya dengan perasaan tak menentu. Tubuhnya seperti macan lapar saja; lemas tak berdaya. Eak..
Tangannya meraih gagang kamar dan membukanya.
"POCONGG!!" pekik Altan. Mukanya yang tadinya pucat, kini setingkat lebih pucat lagi.
"PUCONG.. EH POCING.. EH POCONG.. MANA POCONG??" Dika belingsatan di kasur Altan. Kepalanya sibuk menoleh kanan-kiri. Tangannya tak sengaja melempar stik PS dan parahnya yang jadi korban mendaratnya stik PS nya Dika adalah ujung kepala Altan.
"Akh.." ringis Altan mengusap-usap dahinya yang memerah.
"Eh sorry, abisnya lo ngagetin, si!! Trus pocongnya mana??!" Dika menggerak-gerakan kepalanya ke kanan, kiri, belakang, depan, atas, bawah. Eh!
"Tu nyangkut di kuping lo!" jawab Altan ketus.
Dika mencebik. "Lo abis dari mana?"
"Dari luar. Lo kesini nggak bilang-bilang sih?"
"Yahh.. Game over.." gerutu Dika sebelum menjawab pertanyaan Altan. "Gue kan uda biasa nyet, gedebak-gedebuk di rumah lo! Lo nggak amnesia kan, abis kepentok stik PS gue?" Dika beringsut mendekat ke Altan mengambil stik PS nya.
"Ya tapi nggak usah sludar-sludur masuk kamar orang, kan?"
"Altan Tatan Ketan, my honey.. Gue kan uda bilang.. Ini kebiasaan gue. Gimana sih lo!" sembur Dika seraya meneliti stik PS nya. Kali aja ada yang retak. Iya kan?
"Serah deh!" Altan menutup pelan-pelan pintunya.
"Al,"
"Hm."
"Lo abis dari mana?" Dika mengulangi pertanyaanya dengan nada serius kali ini seraya masih fokus mengamati stik PS nya.
"Dari restoran." Dika melirik sedetik ke Altan.
"Tadi dari luar, sekarang dari resto. Yang bener yang mana?"
"Kan bener dari luar,"
Dika mendengkus, "Lo boong!"
"Maksud lo?" Nada Altan menjadi sinis.
Dika tertawa kecil, "Menurut lo, lo bisa boongin gue?"
Altan terdiam bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
Teen Fiction"Tuhan, bisakah dia bersamaku? Selamanya, seperti keinginannya?" -Ranin Anastasia Valda- "Tuhan, tolong jangan jadikan aku sebagai pembohong, yang belum tentu bisa menyanggupi keinginanku sendiri." -Altan Abiandra- "Tuhan, aku ingin dia bersamaku...