15. Being third-wheeled by the devil!

2.9K 332 4
                                    

Di sepanjang perjalanan, Jaemin cemberut sambil mencabuti kelopak bunga yang ia petik. Ia melirik sebal ke arah dua sejoli yang berjalan bergandengan tangan di depannya.

"Ck. Kalo tau gua bakalan jadi nyamuk, udah gua tolak ajakan lu bedua."

Lucas tidak peduli. Ia secara terang-terangan malah mencium pipi Karina, memanas-manasi suasana biar Jaemin pergi.

Orang pacaran kenapa diganggu coba :(

Sebenarnya, Lucas itu baru saja mengajak Karina untuk berpacaran. Entah kapan pendekatannya, tapi teman sekelas mereka yang lain, sampai tidak percaya saat Karina meng-iya-kan ajakan Lucas kemarin malam.

Jaemin berdecak pelan. "Gue balik. Lu bedua jangan macem-macem!" Ia pun berbalik dan menggunakan bekas jejak kakinya untuk menuntunnya kembali ke tenda.

Setelah perjuangannya selama dua puluh menit, yang mana seharusnya hanya memakan waktu lima menit karena mereka tidak berjalan terlalu jauh dari perkemahan, akhirnya Jaemin berhasil kembali berkumpul dengan teman jelas yang lain. Wajahnya cemberut. Ia berulang kali terpeleset dan sekarang penampilannya seperti gelandangan.

"Apa lo liat-liat?! Hah?!" Jaemin menghentakkan kakinya kesal menuju tendanya. Ia sadar betul penampilannya sedang amburadul.

"Widiiiihhhh abis main kubangan di mana lu?" Sahut Hyunjin saat Jaemin masuk ke tenda yang ia sharing dengan Jeno.

"Ngapain lu di sini?" Jaemin mengambil tasnya dan menyampirkannya di bahu.

Jeno menurunkan buku yang ia baca untuk melihat penampilan Jaemin, lalu melirik tasnya. "Mau ke mana lo?"

"Mau ke mall." Senter yang ada di tenda itu ia ambil, dihidupkannya, lalu diarahkannya ke Hyunjin dan Jeno yang hanya memandanginya. "Jangan ikuti gue. Mo mandi dulu sama 7 bidadari di curug."

Ah, ya. Tak jauh dari tempat mereka berkemah, ada sebuah air terjun sedang yang airnya cukup deras dan jernih. Dan air terjun itu mereka gunakan untuk mandi. Tentu saja bergantian dengan para gadis.

Jaemin mengeratkan pegangannya pada senter yang ia bawa. Langit sudah sedikit menggelap. Dan ia menyesal tidak membawa seseorang bersamanya, telat mengingat bahwa ia dan gelap tidak bersahabat.

"Pinter banget, anak ibuk sama ayah ini. . ." Sinisnya.

Memaksakan diri untuk mengabaikan rasa takutnya, ia pun segera melepaskan semua pakaiannya kecuali celana dalam, kemudian masuk ke dalam air.

"Anjing dingin!"

Jaemin buru-buru membersihkan tubuhnya, sembari mulutnya tak berhenti berkomat-kamit karena air yang dinginnya tidak mengotak.

Di pinggiran, Jeno menyandarkan badannya di sebuah pohon, memperhatikan Jaemin yang mandinya kaya bebek. Ia menggeleng. "Ck. Pantes buluk. Mandi pun gak bersabun."

Jeno yang masih memiliki a sense of responsibility, mengingat janjinya kepada ibu tetangga, memutuskan untuk mengikuti Jaemin. Lagian, ia juga sebagai ketua kelas memang sudah seharusnya menyisihkan waktu untuk mengawasi rekan-rekannya yang lain, terutama Jaemin yang memang pecicilan.

Jeno mengambil sebatak rokok dari kotaknya lalu menyalakannya, dan ia pun menyamankan diri di sana. Ia sedikit banyaknya terlalu menikmati pertunjukan yang Jaemin gelar di bawah hamparan bintang-bintang, sampai batang rokok yang tersisa di kotaknya tinggal satu buah.

Jeno menggeleng pelan saat Jaemin melompat-lompat di air. Tawanya pun mengalun pelan, kentara sekali kalau pemuda manis itu sangat menikmati waktu bersantainya di dalam air.

Jeno hanya diam memperhatikan. Entah kenapa senyumnya mengembang melihat Jaemin yang asyik sendiri.

"Gue uda gila." Gumam Jeno miris.

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang