35. The ex lover

1.5K 184 3
                                    

Jaemin sedang marah. Ia dilarang untuk membawa si Lolita ke sekolah karena berdasarkan alasan sang ibu, suaranya mungkin akan mengganggu ketenangan dunia.

"Terus kenapa beli yang itu, coba?! Padahal Nana mintanya Scoopy doang, bukan HD!" amuk Jaemin di ruang makan rumahnya. Ia sudah rapi dengan seragam sekolah beserta tasnya, tinggal pergi saja. Masalahnya, sang ibu menahan kunci sepeda motornya.

"Dua minggu lagi, tunggu kamu 18 tahun!" keukeuh Sooyoung yang sebenarnya takut membiarkan anaknya itu membawa motor segede si Lolita. Naik si Bebek aja pernah jatuh tiga kali, bagaimana pula dengan si Lolita?

"Ulang tahun Nana dua minggu lagi, Buk?!" Jaemin langsung membuka kalender di ponselnya-- ulang tahunnya masih berjarak enam bulan lagi. Ia kembali mengantungi ponselnya dengan kesal, "Ibuk kok bohong, sih?!"

"Bentar lagi ujian semester! Ibuk gak mau Kamu kenapa-kenapa!" Sooyoung dengan teganya memasukkan kunci motor itu ke tempat dimana Jaemin tidak akan berani untuk merampasnya. Ia menatap Jaemin dengan menantang, "Pergi sama Jeno aja sana!"

Jaemin tidak bisa berkata-kata lagi. Ketika sang ibu sudah bersikeras seperti itu, biasanya ia akan bersikap sama karena kepribadian mereka yang tidak jauh berbeda. Namun, Jaemin pun ingat bahwa ia harus segera pergi ke sekolah jika tidak mau ditahan di gerbang oleh pak Jiyong.

Oke, kalau hanya ditahan, Jaemin tidak masalah. Tetapi biasanya akan ada hukuman tambahan untuk mereka yang terlambat. Misalnya menyapu halaman sekolah, dan Jaemin membencinya.

"Yaudah! Nana pergi!"

--

Jeno mengelus kepala Jaemin yang dibaringkan di meja. Pacarnya itu sedang mengadukan nasib si Lolita yang untuk saat ini belum bisa ia manjakan.

"Lo gak keberatan nyupirin Gue terus sampe Gue legal, kan?" tanya Jaemin.

"Muffin, si Alpha gak bakalan keberatan buat ngangkut tambahan muatan modelan kayak Lo."

Kening Jaemin berkerut, "Itu pujian atau hinaan?"

"Both."

Jeno sudah melihat si Lolita. Ia mengerti dengan perasaan yang saat ini Jaemin tunjukkan, karena ia sendiri pun rasanya ingin mencoba untuk mengendarainya. Meskipun warnanya sama sekali bukan seleranya.

"Tapi hari ini Gue ada friendly match sama tim futsal Sky High. Ikut atau pulang duluan?"

Kalau Jeno berpikir Jaemin mau repot-repot mengeluarkan uang untuk ojol meskipun ada tumpangan gratis yang harus ditunggu, Jeno salah besar. "Ikut main," kata Jaemin.

Setiap jam olahraga dan setiap mereka bermain sepak bola, Jaemin memang bermain dengan bagus. Tetapi, Jaemin sedikit sulit untuk fokus pada bola karena ia terlalu banyak komplainnya. Jeno tak mau mengiyakan permintaan pacarnya itu. "Cadangan," tawar Jeno.

"Inti," kata Jaemin membalas tawaran dari Jeno.

Negosiasi tersebut berjalan selama sedikit lebih lama dari seharusnya karena Jaemin tidak mau menyerah. Pada akhirnya, Jeno pun angkat tangan.

"Siapa yang mau diganti?" tanya Jeno karena tim futsal tersebut berisikan anak-anak-- termasuk dirinya-- yang pada dasarnya memiliki kemampuan di atas Jaemin.

"Siapa aja yang main?"

Tim inti hanya berisikan lima orang dan kelimanya adalah angkatan 2018. Dari jurusan mereka-- IPA-- ada Jeno, Mark, dan Yangyang. Dari jurusan IPS ada Sunwoo dan Hyunjun. Sementara itu untuk cadangan kebanyakan diisi oleh anak-anak dari angkatan bawah.

"Gue, Sunwoo--"

"Sunwoo? Dari kelas ujung? Dia gabung futsal? Bukannya basket, ya?" sela Jaemin.

Kelas ujung adalah julukan yang mereka miliki untuk kelas IPS karena letaknya yang memang berada di ujung lorong, baik itu di lantai dasar, dua, maupun tiga.

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang