23. Tell me the truth, Jen!

2.5K 266 8
                                    

Jaemin tahu kalau ia itu sedikit apatis. Bahkan bukti yang sudah dipaparkan di depan matanya terkadang ia anggap sebagai kebetulan belaka dan hanya akan mementingkan argumen-argumen yang melawan-- atau setidaknya mendukung-- perlawanan bukti tersebut.

Seperti perkara Lucas yang selalu ada di arena setiap kali ia dibawa pergi ke sana oleh sepupunya. Atau ketika Lucas yang terlihat gugup ketika melihat Jaemin di sana. Atau kenyataan bahwa Lucas menyembunyikan fakta ia masih mengunjungi tempat itu darinya, Renjun, juga Mark.

Ia tahu, jauh di belakang kepalanya, Lucas menyembunyikan sesuatu. Sahabatnya menyembunyikan sesuatu! Tetapi, setiap orang pasti memiliki rahasia masing-masing. Itu lah yang digunakan Jaemin sebagai argumen untuk mengabaikan fakta bahwa Lucas menyembunyikan sesuatu darinya.

"Sus banget lo. Gue nanya doang lagian," kata Jaemin dengan cuek setelah Lucas tak kunjung menjawab pertanyaannya. Padahal, ia hanya bertanya tentang siapa jagoan Lucas di arena.

Lucas berdeham dan balik bertanya, "Lo sendiri, siapa? Tumbenan banget lo pigi ke tempat begituan."

"Itu tempat umum elah. Gue di sana cuma mau kasih moral support ke bang Juyeon. Menang oke, kalah juga oke."

"Bang Juyeon? Kating dari 12A?"

Jaemin menganggukkan kepalanya. Dan Lucas pun langsung menyimpulkan bila anak lelaki yang tempo waktu ia temui bersama Jaemin di arena (Jisung), adalah adik dari Juyeon. Lucas masih mengingat perkataan bocah itu.

"Lu pacaran sama bang Juyeon? Terus Jeno?"

Jaemin tersedak liurnya. Ia lalu memukul kepala Lucas sebagai ganti kesengsaraannya dan menggelengkan kepala, "Kami cuma se--" Jaemin berhenti. Ia teringat akan sumpah para Jung untuk merahasiakan hubungan keluarga mereka di sekolah.

"Lu denger hoax dari mana dah? Gue jalannya sama Jeno, kok!"

"Yakin lu? Gue bisa aduin lu ke Jeno nih!"

Alis Jaemin terangkat tinggi, "Emangnya deket lu sama si culun? Gayaan banget!"

Lucas tersentak sedikit karena ia hampir saja membiarkan rahasianya yang kesekian terbongkar kepada Jaemin. Ia menyamarkan kegugupannya dengan memainkan ponselnya, menekan-nekan layarnya tanpa ada tujuan pasti di kepala.

"Dia ketua kelas selama 2 tahun," ujar Lucas pada akhirnya, membiarkan topik pembicaraan tersebut menggantung seperti itu begitu saja.

--

Jaemin menempelkan kaleng minuman yang berembun ke pipi Jeno yang basah karena keringat. Jeno menoleh, menerima minuman tersebut, dan mengucapkan terima kasih.

Mereka sedang mengikuti kelas pendidikan jasmani di lapangan outdoor di halaman belakang sekolah. Seperti biasa, Jaemin akan terus komplain kepada guru yang bertugas karena ia dibuat se-team dengan Jeno. Tapi, itu karena ia kesal Jeno handal dalam banyak hal, termasuk lari.

"Lo kayak dikejar setan. Cepat banget larinya."

"Setannya lo, kan? Pake bawa-bawa ranting segala."

Jaemin cengengesan. Olahraga mereka hari itu adalah atletik. Dari sekian banyak stunt yang dapat dilakukannya, Jaemin memilih untuk berlari tepat di belakang Jeno dengan membawa sebuah ranting di tangan.

"Seenggaknya gue dapet second place karena punya motivasi buat ngejar elu," ucap Jaemin diikuti dengan juluran lidah.

Jeno menggetuk kepala Jaemin pelan, "Ngapain dikejar, coba? Lo udah berhasil nangkep gue lagian. Udah pacarn pula. Iya bukan?"

Sebenarnya, Jaemin sedang merasa kesal sama kedua orang tuanya karena mereka mengatakan akan membelikan Jaemin kendaraan baru untuk menggantikan si bebek yang hilang. Tapi, karena ia anak yang soleh dan tidak mau menjadi durhaka dengan menyumpah-serapah keduanya karena si bebek adalah cinta pertamanya dan tidak tergantikan, ia memilih untuk menyalurkan kekesalannya kepada trman-temannya yang lain, dan juga Jeno.

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang