37. Under Jung's scrutiny

1.4K 158 6
                                    

Libur telah tiba. Eh, kalian mungkin membacanya dengan bernada.

Libur sekolah akhirnya datang. Jaemin sudah menghabiskan dua hari bersama para sahabat sebelum mereka pergi berlibur ke tujuan masing-masing. Kini, waktu luang yang ia miliki selama dua minggu sisa liburan adalah untuk dihabiskan bersama keluarga dan tentunya, pacar tersayang.

"Jeno!" panggil Jaemin dari luar pintu balkoni kamar Jeno.

Tiffany yang pagi itu sedang berada di kebun kecilnya melihat secara langsung bagaimana Jaemin melompat untuk menyeberangi balkoni.

"Jaemin! Pintu di rumah Tante masih bagus! Kamu mau menghina pintu rumah Tante yang bukan jati kayak rumahmu atau gimana?!"

Mendengar hal tersebut, Jaemin langsung menengok ke bawah dan menyengir, "Maaf, Tan! Jaemin males turun tangga!"

Banyak menghabiskan waktu di rumah Jeno memaksa Jaemin untuk berinteraksi dengan Tiffany. Yang awalnya kebanyakan staring contest dan Jaemin kalah, kini Jaemin tidak lagi menahan diri untuk menjadi diri sendiri. Dan ia pun menyukai interaksi yang baru terjalin antara ia dan mama si pacar.

Di saat itulah Jeno memutuskan untuk membuka pintu dan menarik Jaemin ke dalam kamar dan ke dalam pelukannya.

"Jen," Jaemin melirik pacarnya yang hanya memeluknya erat. Deru napasnya stabil, rambutnya mengarah ke mana-mana-- tipikal rambut bangun tidur, dan bibirnya menempel di leher Jaemin-- meninggalkan kecupan ringan di sana.

"I fucking miss you, Muffin," gumam Jeno.

Jaemin tersenyum lebar hingga gigi-giginya terlihat, "Gimana Solo? Friendly as ever?"

Keluarga Jeno pergi ke Solo untuk berlibur sekalian mengunjungi sanak saudara. Liburan tersebut sudah seperti sebuah tradisi, karena hanya saat liburan lah mereka bisa berkumpul, dikarenakan oleh domisili mereka yang berjauhan.

"Mhm. Friendly as ever."

Jaemin mengelus surai Jeno, sama merindukan pacarnya itu, tetapi terlalu gengsi untuk mengakuinya. "Ntar sore temenin Aku ke toko ATK, ya! Renjun nyaranin untuk beli alat tulis biar Aku nyatetnya nanti lebih enak," katanya.

Jeno memandangi Jaemin dengan tampang tak percaya. Baru empat hari tidak bertemu, perubahan sederhana itu benar-benar membuat Jeno blown away, karena Jaemin bukan seseorang yang akan repot-repot melakukan persiapan untuk semester baru.

--

Dua jam terlewatkan begitu saja di toko ATK yang mereka datangi-- toko rekomendari dari Renjun. Saat mereka keluar, langit sudah gelap, dan Jeno langsung mengantarkan Jaemin ke rumah salah satu sepupunya atas permintaan Jaemin.

Jeno mematikan mesin motornya. Ia tetap duduk di atas motornya, helm-nya pun tak ia lepas. "Kamu mau dijemput jam berapa?" tanyanya.

"Baru sampek!" sembur Jaemin saat ia melepas helm-nya. Ia lalu menambahkan, "Aku bakalan tidur di sini sih kayaknya."

"Oke."

Mereka pun hanya diam dan saling tatap, seperti sedang melakukan kontes menatap. Jeno adalah yang pertama memutus kontak mata, karena ia sekalian memindai rumah tersebut ketika menunjuk ke arah rumah dengan dagunya.

"Yaudah sana masuk," suruh Jeno.

Jaemin ingin jujur. Ia tidak mau cepat-cepat berpisah dari Jeno. Soalnya, pertemuan para Jung bisa sangat membosankan bila pikiran dan hatinya tak sejalan. "Lo ikut masuk aja! Capek juga kan udah anterin Aku ke sana-sini," dalihnya senetral mungkin.

Jeno melirik rumah yang berdiri di depannya lalu menggelengkan kepala. "Lain kali aja," tolaknya.

Sejujurnya, meskipun Jeno sudah meluruskan masalah yang ia miliki dengan Juyeon, ia masih tidak bisa menatap senior serta sepupu pacarnya itu tepat di mata.

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang