6. Which one?

3.1K 390 13
                                    

Jaemin membuka pintu rumah Jeno dan langsung pergi ke dapur. Sesampai di dapur, ia langsung membuka kulkas dan mengeluarkan bahan makanan yang sekiranya mudah untuk di olah.

Setengah jam ia berkutat di dapur, suara langkahan kaki pun mulai terdengar dari arah tangga.

Jaemin menoleh ke arah pintu. Sutil masih ia genggam, dan apron yang ia yakini milik tante Tiffany pun masih menggantung di badannya. Ia menunggu satu-satu orang yang ada di rumah itu selain dirinya agar segera menampakkan hidungnya.

"Culun! Gud morning!" Sapa Jaemin kelewat riang.

Jeno berhenti di ambang pintu, menatap datar Jaemin yang terlihat seperti suami rumah tangga. Matanya masih merah sehabis bangun tidur. Rambutnya juga berantakan seperti sarang burung.

"Nih dimakan!" Jaemin menyodorkan piring yang berisi satu telur mata sapi dan roti gandum.

Iya. Udah. Memang itu aja. Memang hanya telur mata sapi saja yang ia masak.

Jeno gak banyak bicara. Ia langsung duduk di kursi meja makan dan menyantap sarapannya dalam ketenangan.

Tapi, Jaemin yang tidak biasa dengan kesunyian pun mulai berceloteh. "Karena lo udah baik mau hidupin lampu rumah gue, sebagai balasannya, gue buatin sarapan!"

"Karena udah gue buatin sarapan, sebagai gantinya, pulang sekolah nanti anterin gue ke rumah sakit ya!"

Jeno menghentikan makannya. Ditatapnya Jaemin dengan datar. "Gojek."

Jaemin mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya! Lo akhirnya sadar kalo lo gojek pribadi gue? Duh senengnyaaaa!"

Jeno menghela. Sarapannya yang tinggal beberapa gigitan lagi pun ia habiskan dalam sekali masuk.

"Ganti bensin gue."

Sebenarnya, Jeno sih malas meng-iya-kan perkataan Jaemin. Tapi, kalau tidak di-iya-kan, tidak akan ada habisnya.

Jaemin menggeleng. "Nope. Kita naik si bebek! Yeay!"

--

Jeno mendesah pelan. Dilepasnya helm KYT hitam kesayangannya, dan meletakkannya di salah satu spion.

"Gue bilang juga apa! Lo pasti suka naik si bebek!"

Jeno hanya diam. Karena gak bisa ia pungkiri, ternyata naik si bebek lebih enak daripada motor CBR-nya. Tidak begitu berat, dan bisa dibawa santai.

Keduanya memasuki lingkungan sekolah dengan beriringan. Ketika melewati jejeran guru BK, Jaemin menatap pak Jiyong dengan tatapan sombong.

"Bapak hari ini jangan kangen saya ya! Atribut saya semuanya udah lengkap!"

Jaemin berputar di depan pak Jiyong, memamerkan seluruh atributnya yang hari itu memang lengkap dan tidak ada yang bermasalah.

Pak Jiyong menatapnya tanpa minat. Memang ada-ada saja kelakuan anak muridnya yang satu itu.

Jaemin berjalan dengan angkuh seperti biasa, yang jatuhnya malah terlihat bodoh. Berbeda dengan Jeno yang berjalan seperti bagaimana ia biasa berjalan, tetapi auranya menguar kuat seperti biasa.

Ah, FYI.

Jeno memang kutu buku, seperti apa yang diklaim Jaemin sebelumnya. Buku bacaannya beragam, tidak hanya textbook sekolah, tetapi dominan buku-buku pengetahuan.

Tapi, itu tidak membuatnya culun dan dijauhi. Ia memiliki aura maskulin yang cukup kuat dan mendominasi. Dan karena Jaemin anak yang slengekan dan tidak pedulian, ia tidak sadar akan fakta mengenai Jeno tersebut yang sudah diketahui semua orang di lingkungan mereka.

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang