33. To be friends again

1.7K 194 6
                                    

Perlu diketahui bahwa hubungan Jeno dan Jaemin menjadi semakin erat pasca kepulangan mereka dari Kepulauan Seribu. Bukan seperti surat dan prangko. Tetapi lebih seperti dua orang dengan satu jiwa yang sama.

Eh, itu sedikit berlebihan. Hanya Jaemin dan imajinasinya saja yang berpikir seperti itu. Karena Jeno pasti akan menganggapnya sebagai sebuah insult.

Yang jelas, mereka lebih mengerti satu sama lain.

Ketika mereka kembali ke rumah, Jeno disambut oleh amukan Tiffany dan terpaksa harus mendengarkan ocehan sang mama yang mengancam akan memperpanjang masa kurungan Jeno di rumah.

Jaemin juga mendapatkan bagiannya sendiri dari Tiffany, yang tidak begitu ia hiraukan. Yang ia pikirkan hanyalah fakta bahwa staycation mereka berjalan dengan lancar dan ia tak sabar untuk menghabiskan lebih banyak waktu lagi bersama Jeno.

--

Matahari muncul di ufuk timur dan menghasilkan hue oranye yang hangat. Sisa hujan semalam dapat dilihat dari alam yang basah. Udara pagi menyapa Jaemin, membuatnya menggigil dan mengeratkan hoodie-nya ke tubuh.

Melihat Jaemin yang terganggu oleh dinginnya udara, Sooyoung berujar, "Kamu gak malu sama Ibuk?" sindirnya yang keluar rumah hanya dengan daster bercorak bunga tanpa lengannya.

Jaemin lalu melirik sepatu olahraga yang dipakai sang ibu, "Ibuk mau jalan pagi atau mau samperin mamang sayur di blok sebelah?"

Sooyoung menyinisi sang anak ketika ia menyibakkan rambutnya, "Ibuk mau pamer otot! Kamu gak lihat nih bisep Ibuk?!" Sooyoung menggerakkan tangannya seperti seorang bodybuilder ketika ingin menunjukkan ototnya.

Jaemin menahan tawanya karena sang ibu terlihat ridiculous. Ia hanya berdeham dan berlalu begitu saja menuju pagar yang membatasi rumahnya dan rumah si pacar lima langkah. "Mas pacar! Ayo! Udah ditunggu pak RT nih!" serunya.

Sementara Jaemin menunggu Jeno keluar rumah, Sooyoung pun berdecak di teras menunggu agar suaminya muncul, "Ayah! Lama banget, sih?! Ayah mau Ibuk jalan sendiri terus digodain sama pak Siwon?!"

"Hilih! Siapa yang bilang kalau pak Siwon tertarik? Ibuk itu cantiknya cuma di mata Ayah!" balas ayah Kyungho begitu beliau keluar dari rumah dan mengunci pintu.

Jaemin terkikik geli sendiri melihat bagaimana ayah dan ibunya bersikap kepada satu sama lain. Memang bukan sesuatu yang baru, tetapi sama sekali tidak membosankan.

Jaemin kembali menghadap ke arah halaman rumah Jeno, menopang kepalanya dengan tangan yang ia letakkan di pagar setinggi dada itu sambil menunggu pacarnya keluar dari rumah. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk berkaca, memeriksa apakah wajahnya masih terlihat seperti seseorang yang baru bangun tidur karena ia belum mandi dan terlalu malas untuk mencuci wajah dengan sabun.

"Good morning," sapa Jeno yang langsung mencuri ciuman dari bibir Jaemin setelah ia menemukan Jaemin yang menunggunya.

Jaemin mengerjapkan matanya lantaran terkejut. Ia melirik ke kanan dimana orang tua Jeno berdiri, menatap dua anak muda itu secara terang-terangan.

"Jen, our kisses are suppose to be done in private!" pekiknya melalui gigi-gigi yang terkatup rapat.

Jeno lagi-lagi mencium bibir Jaemin, "You look cute. I can't resist not kissing your pouty lips."

Jaemin langsung mengulum bibirnya, menyembunyikannya dari pandangan Jeno. Matanya bergerak ke kanan dan kiri, malu dan panik bercambur menjadi satu karena ada orang tua yang menyaksikan terjadinya afeksi tersebut.

Jaemin lalu menggertakkan giginya. Ia tak berhenti merutuk dirinya sendiri-- merutuki sikapnya yang terlihat lemah, sangat berbeda dengan bagaimana ia bersikap setiap harinya. Mungkin ia masih berada dalam pengaruh jejak tidurnya. Atau yang lebih meyakinkan, karena ciuman yang ia dapatkan dari Jeno.

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang