27. Jaemin being clingy

2.3K 248 8
                                    

"Gedeg banget Gue! Si Haechan lama-lama kelakuannya makin bikin orang naik pitam!"

Jaemin bersungut-sungut ketika ia melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas. Kemarin, ia sudah mendapatkan pengalaman yang luar biasa mengedukasi dari Haechan, berupa benjolan di keningnya. Dan tadi pagi ketika ia tak sengaja hampir menabrak Haechan saat melewati lorong kelas Haechan, anak pak RT lingkungan rumahnya itu bahkan sudah bersiaga dengan kepalan tangannya, siap meninju Jaemin bila ia berani mendekat, sengaja atau tidak.

Kening Mark berkerut, "Lu nyari gara-gara sama dia?"

"Kagak! Semalam Gue cuma disuruh ayah ke rumah pak RT buat kasihin fotokopian tah apa! Pas pula yang buka pintu si Haechan! Gue cuma sodorin berkasnya anjir! Tapi pintu rumahnya ditutup pas di depan wajah Gue!" Jaemin mengakhiri ocehannya dengan menunjuk keningnya yang benjol.

Jeno baru saja masuk ke kelas. Ia sampai ke kelas lebih lama daripada Jaemin karena ia mampir dulu ke kantin, menghampiri kawanannya yang lain yang ingin tahu bagaimana keadaannya pasca kecelakaan di Arena.

Tidak langsung duduk di kursinya yang berada di depan, Jeno berjalan menghampiri Jaemin yang duduk di deretan belakang. Jaemin menatapnya dengan curiga, lalu matanya berubah membola ketika Jeno mengusak kepalanya dan mencium benjolan di keningnya.

"Sakit, bego!" ucap Jaemin dengan galak sambil ia menepis lengan Jeno yang mau menyentuh dagunya. Mata Jaemin bergerak ke sana ke mari, enggan menatap Jeno karena sesungguhnya ia salting luar biasa.

"I kissed it better," balas Jeno dengan cengiran bangga. Pasalnya, ia mengerti gerak gerik Jaemin yang sangat mudah dibaca seperti sebuah buku.

"Udah baek Lo berdua?" tanya Lucas dengan cengiran bodoh, "Peletnya apa? Keserempet aspal?"

Alis mata Mark semakin menjauh dari matanya, "Lo jatoh, Jen?"

Sementara itu, Renjun melirik Jeno dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ketika ia tidak melihat sesuatu di luar ordinari, ia kembali membaca buku cetak mata pelajaran Biologi, karena hari itu akan ada kuis bulanan.

Jeno melirik Renjun sekilas, "Pak Jinki gak datang by the way. Keluar kota."

Mendengar hal tersebut, Renjun pun menutup bukunya dengan kuat-kuat. Ia lalu berdiri secara tiba-tiba yang membuat kursinya terjatuh, "Lo ketua kelas atau bukan, sih!? Kalo ada info, gercep dikit napa nginfoin ke yang lain di grup kelas! Jangan Lo simpen sendiri! Lo gak tau kan kalo anak kelas gak semuanya pinter kayak Lo yang gak perlu review materi yang lalu-lalu?!"

Suara decitan kursi lainnya pun terdengar. Jaemin berdiri di depan Jeno, menghalangi pacarnya dari Renjun yang kalau sudah marah, tidak ada bedanya dengan kucing yang kawinnya diganggu--alias sensitif, "Idih! Lo apaan sih?! Kan si Jeno udah kasih info dari minggu lalu! Kok Lo malah nyalahin Jeno!?"

"Jaem--"

"Tenang, Jen! Aa Jaemin bakalan lindungi Lo dari cakarannya si Injun!" sela Jaemin dengan lirikan sekilas ke pacarnya itu sebelum ia kembali fokus ke Renjun. "Lo juga kalo gak tau apa-apa, jangan asal lompat ke sana-sini, dong! Yang tetangganya Jeno siapa? Yang ngelihatin dia lewat jendela tiap dia belajar, siapa? Udah gue bilang kalo dia ini cupu! Kerjanya di rumah cuma buka buku doang! Lo bilang dia gak perlu review ulang? Hah! AS IF!"

Saat Jaemin selesai berbicara, dadanya jelas terlihat naik-turun. Entah karena emosi atau karena nge-rap, atau mungkin karena keduanya. Suasana kelas hening. Bahkan Renjun sudah tidak mempedulikan Jaemin dan kini sibuk memainkan ponselnya.

Jaemin lalu berbalik dan menatap Jeno, "Lo oke?"

Jika situasinya berbeda, ekspresi yang Jeno tunjukkan saat itu mungkin akan menghadirkan cibiran dari Jaemin. Tapi, karena Jaemin merasa bahwa Jeno sudah menjadi korban amukannya Renjun, ia akan bersikap baik.

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang