5. Fake tears?

3.2K 398 9
                                    

Jaemin menatap kesal post it merah muda yang ia temukan menempel di keningnya. Siapa coba yang di jaman sekarang masih menggunakan post it untuk berkomukasi? Lalu gunanya ponsel untuk apa?

--

*Isi post it-nya*

Untuk anak ibu dan ayah yang sebentar lagi diusir dari rumah,

Ayah sama ibu menang undian liburan ke Bali. Kamu jangan lupa ke RS buat lepas gips-nya. Uang jajan? Ibu simpan di 'situ'. Di hemat! Kalo uangnya habis terus kamu laper, mangkal aja sana di perempatan!

Ibu muda cantik♡

--

Ia meraih ponselnya yang ada di nakas lalu menghubungi nomor ibunya. Begitu diangkat, Jaemin langsung berbicara ke intinya.

"Awas kalo ibuk sama ayah pulang-pulang kasih Jaemin adek! Kalian bakalan Jaemin tendang dari rumah!"

Tut!

Ia bahkan tidak menunggu sang ibu untuk membalas perkataannya.

Jaemin melempar ponselnya sembarangan ke tempat tidur. Kalau jatuh pun ia sudah tak peduli. Toh layar ponselnya sudah retak-retak. Sekalian saja mati total biar ia bisa beli baru.

Jaemin beranjak ke kamar mandi untuk mandi. Hari ini ia akan pergi ke rumah sakit untuk melepas gips di tangannya. Namun untuk pergi ke sana, ia membutuhkan bantuan orang lain.

Dan di sinilah ia sekarang.

Merusuh di rumahnya Jeno. Memaksa mencari pertolongan.

"Om, Bongshik mana? Kok gak pernah kelihatan lagi?" Jaemin duduk di sofa panjang setelah memasukkan CD ke DVD Player.

Donghae meneguk kopi pahitnya. "Dititip di rumah neneknya Jeno, Jaem. Kan Jeno alergi bulu."

"Oh! Yang kemaren itu dia dibawa ke RS ya om?" Ucap Jaemin mengingat kejadian yang menggemparkan satu blok beberapa bulan silam.

Donghae mengangguk. "Parah sih. Masa dia sampe nangis-nangis karena Bongshik dibawa pergi. Gak sayang nyawa banget."

Jaemin terkikik. Ternyata Jeno cengeng!

"Terus Jeno nya mana om?" Jaemin celingak-celinguk. Sejak ia nyerobos masuk ke rumah keluarga Lee satu jam yang lalu, ia tidak merasakan hawa-hawa culun yang menguar seperti ketika Jeno ada di sekitar.

Itu hanya Jaemin yang merasakannya :)

"Tau tuh. Dari pagi udah main. Gak ada pamit juga."

"Hih?! Atau jangan-jangan dia jalan sama Kina?!" Memikirkannya saja Jaemin panik.

Walaupun ia hanya jalan di tempat dalam proses mengejar cinta Kina, tetap saja ia tak rela jika gadis pujaan hatinya pergi bersama pria lain.

Donghae mengerutkan keningnya. "Hah? Kina? Siapa?"

Jaemin melirik Donghae sekilas. Ia memikirkan apakah dia harus memberitahu Donghae jika Jeno pacaran, atau tetap menutup mulutnya. Tapi, jika ia buka suara, kemungkinan Jeno menyudahi hubungannya dengan Kina pun akan semakin besar. Jika keadaannya sudah seperti itu, siapa lagi yang akan diuntungkan jika bukan dirinya sendiri?

"Om, anterin Jaemin ke rumah sakit dong!" Akhirnya Jaemin memutuskan untuk mengganti topik pembicaraannya. Toh tujuannya nangkir di rumah tetangganya ini kan memang untuk mencari keuntungan.

"Dih ngapain? Saya capek." Ucap Donghae. Ia lalu menyenderkan kepalanya di sandaran sofa, dan menutup mata. Ia membuka matanya sedikit untuk melihat Jaemin yang sudah memasang wajah cemberut.

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang